Kesengsaraan yang Menimpa karena SIfat Kikir


Penulis: KH. M. Rahmat Najieb
10 Jun 2023
Bagikan:
By: KH. M. Rahmat Najieb
10 Jun 2023
557 kali dilihat

Bagikan:

وَلَا يَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ يَبۡخَلُونَ بِمَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦ هُوَ خَيۡرٗا لَّهُمۖ بَلۡ هُوَ شَرّٞ لَّهُمۡۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُواْ بِهِۦ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۗ وَلِلَّهِ مِيرَٰثُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۗ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ

Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

 

Tafsir Mufradat

 بَخِلَ– يَبْخَلُ (يَبْخَلُوْنَ)   -اَلْبُخْلُ - اَلْبَاخِلُ (اَلْبَخِيْلُ)

Bakhila Yabkhalusering diartikan kikir, pelit, tidak suka memberi. Diartikan pula menahan, menghalangi. Sifatnya Al-Bukhlu, orangnya bakhil (“Ba”-nya panjang, artinya orang pelit. Jika “Ya”-nya yang panjang, artinya  sangat pelit). Menurut istilah, bakhil adalah orang yang menahan hartanya untuk kepentingan dirinya. Padahal, pada hartanya itu ada hak orang lain dari zakat, infak, dan sedekah. Tidak disebut bakhil orang yang tidak memberi karena ia tidak punya atau ia pun memerlukannya. Fiman Allah:

وَيَسَۡٔلُونَكَ مَاذَا يُنفِقُونَۖ قُلِ ٱلۡعَفۡوَۗ

dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ‘Yang lebih dari keperluan’.”  (Q.S. al-Baqarah [2]: 219)

فضل – يفضل – فضل – فاضل (فضيلة)

Fadlala Yafdluluartinya, tertinggal, tersisa, melebihi, bertambah. Masdarnya Al-Fadlu, artinya kelebihan, sisa, tambahan, kehormatan, jasa, pahala. Kata ini bisa digunakan untuk yang baik atau yang jelek. Fadlil (Fadlilah) artinya yang unggul, istimewa, yang utama, tuan yang mulia. “Min Fadlihi” pada pembahasan kita kali ini artinya karunia Allah. Maksudnya harta yang diberikan Allah kepada orang-orang tertentu sehingga mereka ditakdirkan menjadi kaya dan hidupnya berkecukupan atau mapan. 

Khayr” sering diartikan kebaikan. Kadang-kadang diartikan pahala, harta, dan keuntungan. “Ma’ruf” juga diartikan kebaikan. Bedanya, untuk mendapatkan khayr itu perlu proses, ilmu, belajar, dan keyakinan. Misalnya, shalat dan zakat itu khayr. Sedangkan ma’ruf  hanya sebatas mengetahui berdasarkan kebiasaan dan akal pikiran. Misalnya, bicara yang sopan adalah ma’ruf. Sebab itu Allah Swt. berfirman:

وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ 

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan (khayr), menyuruh kepada yang kebaikan (ma’ruf), dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran [3]: 104)

Kepada khayr itu harus diseru, diajak, dan diberitahukan alasannya, ditanamkan keyakinannya, sebab secara selintas sulit dipahami mengapa hasil usaha kita harus diberikan kepada orang lain? Sedangkan kepada ma’ruf cukup disuruh karena yang disuruh sudh mengerti.  Kebalikan khayr adalah syarr.

Kadang-kadang, yang khayr terlihat syarr dan sebaliknya, sebagaimana Firman Allah:

كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلۡقِتَالُ وَهُوَ كُرۡهٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡٔٗا وَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡٔٗا وَهُوَ شَرّٞ لَّكُمۡۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. al-Baqarah [2]: 216)

Khalifah Abu Bakar r.a. mengungkapkan,“Tidak disebut khayr jika ujungnya neraka dan tidak ada syarr jika akhirnya surga.” (Kanzul Ummal). Istikharah artinya minta dipilihkan yang khayr, walaupun terasa syarr.

Tafsir Ayat

وَلَا يَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ يَبۡخَلُونَ

Dan janganlah sekali-kali orang-orang bakhil menyangka …”

Manusia adalah makhluk yang berakal dan berpikir. Ia diberi gharizah atau insting ingin serba tahu, sebab itu ia sering bertanya dan meneliti. Untuk menjadi terhormat dan bisa bertahan hidup, manusia harus menuntut ilmu atau mencari tahu, terutama yang berkaitan dengan kehidupannya di masa depan. Keingintahuan manusia dibuktikan dengan banyak percobaan dan menimba pengalaman dari orang lain. Berdasarkan pegalamannya, ia banyak memperkirakan atau berkeyakinan. Misalnya, berkeyakinan bahwa dirinya akan mati. Memperkirakan bahwa orang mati tidak akan hidup lagi karena badannya telah hancur menjadi tanah. Firman Allah Swt.: 

أَيَحۡسَبُ ٱلۡإِنسَٰنُ أَلَّن نَّجۡمَعَ عِظَامَهُۥ  ٣

Apakah manusia mengira, bahwa kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?” (Q.S. al-Qiyamah [75]: 3)

Selain itu, ada beberapa ayat yang meng­ungkapkan bahwa manusia sering salah sangka. Untuk meluruskannya, diperlukan ilmu yang langsung diberikan Allah dalam firman-firman-Nya. Apa yang disangka oleh orang-orang bakhil?

بِمَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦ

dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya.”

Ingatlah bahwa harta yang dimiliki itu adalah pemberian Allah. Allah memberikannya tidak berdasarkan banyaknya kerja. Biasanya orang yang pintar miliknya lebih banyak. Ada orang yang berleha-leha, malas, dan tidak pintar tetapi ditakdirkan Allah menjadi orang kaya. Sebaliknya, orang yang bekerja keras dari subuh sampai malam tetapi hasilnya hanya sedikit, sebab Allah-lah yang  menghendakinya. Firman-Nya:

ٱللَّهُ يَبۡسُطُ ٱلرِّزۡقَ لِمَن يَشَآءُ وَيَقۡدِرُۚ وَفَرِحُواْ بِٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا فِي ٱلۡأٓخِرَةِ إِلَّا مَتَٰعٞ

Allah meluaskan rezki dan menyempitkannya bagi siapa yang dia kehendaki. mereka ber­gembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).” (Q.S. ar-Ra’d [13]: 26)

هُوَ خَيۡرٗا لَّهُمۖ

bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka.”

Orang-orang bakhil menyangka bahwa harta adalah segalanya. Dengan harta, dianggapnya segala urusan selesai. Mereka berpikir bahwa harta adalah jaminan kesejahteraan dan keselamatan di masa depan. Sebab itu, wajar bila mereka berani mempertaruhkan segala upayanya hanya untuk mendapatkan harta. Mereka menyangka pula bahwa harta yang didapat adalah pahala dari amalnya (khayr). Lebih parah lagi, mereka menyangka kiamat itu tidak akan terjadi. Sekalipun terjadi, ia akan mendapat harta yang lebih banyak. Seorang bakhil digambarkan dalam al-Qur’an seperti orang yang memiliki villa di taman-taman yang indah.

وَمَآ أَظُنُّ ٱلسَّاعَةَ قَآئِمَةٗ وَلَئِن رُّدِدتُّ إِلَىٰ رَبِّي لَأَجِدَنَّ خَيۡرٗا مِّنۡهَا مُنقَلَبٗا 

Dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang dan jika sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu.” (Q.S. al-Kahfi [18]: 36)

Karena keyakinannya sedemikian rupa, ia berusaha mempertahankan hartanya. Ia tidak rela hartanya berpindah milik sedikit pun. Ia menyangka bahwa bakhil itu cara yang baik untuk membahagiakan diri. Karena itu, tiap hari ia sibuk dengan menghitung harta. Ia bangga karena hartanya setiap saat bertambah.

وَيۡلٞ لِّكُلِّ هُمَزَةٖ لُّمَزَةٍ  ١ ٱلَّذِي جَمَعَ مَالٗا وَعَدَّدَهُۥ  ٢ يَحۡسَبُ أَنَّ مَالَهُۥٓ أَخۡلَدَهُۥ  ٣ كَلَّاۖ لَيُنۢبَذَنَّ فِي ٱلۡحُطَمَةِ  ٤

Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya (bakhil). Dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya.. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah.” (Q.S. al-Humazah [104]: 1-4)

بَلۡ هُوَ شَرّٞ لَّهُمۡۖ

Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka.”

Padahal keyakinannya itu salah. Kebakhilannya justru akan menjerumuskan mereka. Apa yang diangapnya khayr ternyata syarr karena berakibat siksa. Selanjutnya, Allah memberitahukan akibat pendirian orang-orang bakhil dengan firman-Nya:

سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُواْ بِهِۦ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۗ

Harta yang mereka bakhilkan itu akan di­kalungkan kelak di lehernya pada hari kiamat.”

Harta yang tidak dikeluarkan zakatnya, yang ditahan infaknya, dan tidak dibersihkan dengan sedekah akan menjadi simpanan bagi pemiliknya. Para malak pencatat amal akan menghitung berapa banyak harta simpanan itu. Kemudian, harta itu akan dijadikan rantai yang akan dililitkan kepada pemiliknya pada hari kiamat. Imam al-Bukhari dan para perawi lainnya meriwayatkan hadits dari Abi Hurairah dan Ibnu Umar r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda:

« مَنْ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً ، فَلَمْ يُؤَدِّ زَكَاتَهُ مُثِّلَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شُجَاعًا أَقْرَعَ ، لَهُ زَبِيبَتَانِ ، يُطَوَّقُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، ثُمَّ يَأْخُذُ بِلِهْزِمَتَيْهِ - يَعْنِى شِدْقَيْهِ - ثُمَّ يَقُولُ أَنَا مَالُكَ ، أَنَا كَنْزُكَ » ثُمَّ تَلاَ  لاَ يَحْسِبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ  (الآيَة)

Siapa yang dikaruniai harta oleh Allah, tetapi tidak ditunaikan zakatnya, hartanya itu akan diserupakan pada hari kiamat dengan seekor ular jantan yang berbisa, memiliki taring yang berbuih. Pada hari kiamat, ular itu akan dililitkan ke lehernya kemudian kedua rahangnya melebar mencengkram orang itu lalu berkata, ‘Aku adalah hartamu. Aku adalah simpananmu.’ Selanjutnya, Rasulullah saw. membacakan ayat ‘Laa Yahsabanna Lladziyna Yabkhaluna’ sampai akhir ayat.”

Semakin besar simpanan atau harta kotor kita, semakin besar pula ularnya dan semakin banyak bisanya. Artinya semakin berat pula siksaannya.

Khusus simpanan berupa emas dan perak yang tidak diinfakkan di sabilillah, akan dijadikan setrika yang akan membakar pemiliknya pada hari kiamat. Firman Allah dalam QS at-Taubah  ayat 34-35:

“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung, dan punggung mereka. (Lalu dikatakan) kepada mereka: ‘Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri? Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu’.”

وَلِلَّهِ مِيرَٰثُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۗ

Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi.”

Allah Mahakaya (al-Ghaniy) dan tidak mem­butuhkan bantuan apa pun dari siapa pun, sedikit pun. Sedangkan manusia itu fuqara, sangat membutuhkan bantuan dari Allah. Allah menetapkan aturan zakat,  infak, dan sedekah semat-mata untuk menguji orang-orang yang diberi harta lebih.

وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ  ١٨٠

Dan Allah sangat mengetahui apa saja yang kamu lakukan.”

Kejujuranmu maupun kebohonganmu, tidak ada sedikit pun yang terlewat dari perhitungan Allah, baik presentase zakat maupun sedekah. Sedikit banyak, pasti akan mendapat balasan yang setimpal.

Yuk buang jauh-jauh sifat kikir dalam diri dengan cara klik link ini:

Penyembuhan Sifat Kikir

Obati juga sifat kikir dengan infak dan sedekah di link ini: Link Infak & Sedekah

Wallahu A’lamu bi Muradih

Bagi yang hendak menunaikan zakat, bisa ditunaikan di sini: Link Bayar Zakat

 

 

Penulis: KH. M. Rahmat Najieb
Tags: lazpersis berbagi persis ibadah kikir

Berita Lainnya

Mitra LAZ Persatuan Islam
WhatsApp