26 JULI, HARI PUISI INDONESIA


Penulis: Cery Riksanegri
27 Jul 2023
Bagikan:
By: Cery Riksanegri
27 Jul 2023
194 kali dilihat

Bagikan:

26 Juli diperingati sebagai Hari Puisi Indonesia. Mengutip jurnal Universitas Brawijaya berjudul Nasionalisme Chairil Anwar, Hari Puisi diperingati 26 Juli pertama kali dideklarasikan pada  22 November 2012 oleh Sutardji Calzoum Bachri selaku Presiden Penyair Indonesia didampingi 40 penyair se-Indonesia.

Di Indonesia, puisi Indonesia bisa dibilang lahir pada 1920. Tanah Air yang diciptakan M. Yamin dianggap sebagai sajak modern pertama Indonesia sebelum sajak-sajak lainnya muncul. Selain dia, puisi Indonesia modern dikembangkan oleh Sanusi Pane dan Rustam Effendi. Selama periode 1920 hingga 1942, penyair Indonesia mulai bermunculan. Beberapa penyair yang dikenal hingga sekarang di antaranya Amir Hamzah, Armijn Pane, dan Samadi. Ciri puisi masa tersebut adalah bentuknya yang simetris, memiliki persajakan air, menggunakan pola sajak pantun, dan beraliran romantik.

Tak hanya itu, puisi periode ini memiliki ide nasionalisme, cita-cita bangsa, ide keagamaan, dan sifat didaktis kuat. Karya masa itu mengacu ke Gerakan 80 Belanda dan berpengaruh dalam struktur, ragam sajak, pilihan objek, pilihan masalah, dan muatan perasaan. 

Para penyair mengikuti bentuk balada yang disukai romantik Barat di Inggris atau Belanda. Lanjut pada masa 1942 hingga 1955, puisi Indonesia masa ini berubah ke aliran realisme, membawakan kehidupan sehari-hari. Puisi masa ini dianggap sebagai jawaban terhadap puisi periode sebelumnya. Karya periode ini juga lebih mengacu ke puisi bebas dan bersifat pernyataan pikiran.

Chairil Anwar dianggap sebagai pelopor Angkatan 45 dengan kumpulan puisinya Kerikil Tajam dan yang Terampas dan Yang Putus. Dia menciptakan kumpulan puisi bersama Asrul Sani dan Rivai Apin yang berjudul Tiga Menguak Takdir. Ciri-ciri struktur puisi periode ini adalah aliran dan gaya realisme, diksi yang mencerminkan pengalaman batin, gaya pernyataan pikiran berkembang, dan gaya ironi sebagaimana dikutip dari jurnal Sejarah Puisi Indonesia Modern.

Puisi masa itu juga memiliki individualisme yang menonjol, menekankan masalah kemanusiaan umum dengan jelas seperti hak asasi manusia, masalah kemasyarakatan, dan filsafat eksistensialisme. Selama periode 1955 hingga 1970, puisi masih mengikuti ide-ide periode sebelumnya, tetapi lebih menjadi gaya bercerita.

Puisi epik atau balada yang pertama populer di Indonesia diciptakan pada masa ini oleh WS Rendra. Pada masa ini, penyair-penyair yang mulai aktif berkarya di antaranya WS Rendra, Toto Sudarto Bachtiar, Taufiq Ismail, dan Sapardi Djoko Damono. Jumlah penyair dan puisi masa ini sangat banyak dibandingkan periode sebelumnya.

Beberapa ciri struktur estetik puisi masa ini adalah munculnya gaya epik, gaya mantra, gaya paralelisme, gaya liris, dan gaya slogan. Ciri ekstra estetiknya adalah gambaran suasana muram, pengungkapan masalah sosial, seperti pengangguran dan belum adanya pemerataan kehidupan, dan cerita serta kepercayaan rakyat.

Kemunculan berbagai penyair di periode sebelumnya menyebabkan puisi semakin menjamur pada 1970 hingga 1990. Pada masa ini, puisi semakin beragam bentuknya. Puisi bersifat alegoris sangat banyak, kritik sosial atas penyelewengan masyarakat, dan tuntutan hak asasi manusia banyak bermunculan pada periode ini.

Berbagai puisi dari sejumlah penyair dari bermacam daerah di Indonesia mulai bertebaran pada periode tersebut, tetapi tidak semuanya dibicarakan atau diketahui publik. Kemungkinan besarnya disebabkan beberapa penyair di periode sebelumnya masih aktif berkarya dan telah lebih dikenal masyarakat.

 

sumber informasi: www.detik.com

sumber foto: UII


 

Penulis: Cery Riksanegri
Tags: lazpersis #puisi indonesia haripuisi

Berita Lainnya

Mitra LAZ Persatuan Islam
WhatsApp