Ramadhan memberikan kesempatan luar biasa bagi umat Muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah, memperbaiki diri, serta meningkatkan kualitas diri menuju derajat takwa. Ramadan memiliki segudang keistimewaan. Setiap ibadah yang dikerjakan pada bulan tersebut akan diganjar pahala berkali-kali lipat yang mana kemuliaan ini tidak berlaku di bulan-bulan lainnya. Lebih dari itu, setiap amal saleh yang dilakukan mengundang hadirnya ampunan dari Allah Swt.
Keutamaan itulah yang mendorong umat Muslim untuk meningkatkan amal salehnya di Bulan Ramadhan. Umat Muslim termotivasi untuk memperbanyak salat sunah (termasuk melaksanakan salat Tarawih), memperbanyak infak dan sedekah, menjaga lisan dan perbuatan dari hal sia-sia, serta memperbanyak baca dan mengkaji al-Qur’an.
Oleh karenanya, ketika Ramadhan memasuki tahap akhirnya, terasa kesedihan yang mendalam bagi umat Muslim, termasuk Rasulullah saw. Hal ini tercermin dalam hadits yang menyatakan bahwa Rasulullah saw. bersedih ketika Ramadhan akan segera berakhir.
Hadits yang berasal dari sejumlah riwayat menceritakan perasaan Rasulullah saw. ketika Ramadhan mendekati akhirnya. Hadits dari Jabir r.a., bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Ketika datang akhir malam bulan Ramadhan, langit dan bumi, serta para malaikat menangis karena merupakan musibah bagi umat Nabi Muhammad SAW. Sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, musibah apakah itu? Rasulullah menjawab: Lenyaplah bulan Ramadhan karena sesungguhnya doa-doa di bulan Ramadhan dikabulkan, sedekah diterima, kebaikan dilipatgandakan, dan adzab ditolak."
Perasaan sedih Rasulullah saw. menjelang berakhirnya Ramadhan mengandung berbagai makna yang mendalam. Pertama, Ramadhan adalah bulan penuh berkah di mana peluang untuk mendapatkan pahala besar dari Allah sangatlah besar. Rasulullah saw. menyadari bahwa kepergian Ramadhan berarti berakhirnya sebuah kesempatan luar biasa untuk mendapatkan limpahan ampunan, pahala, dan keberkahan.
Kedua, kesedihan Rasulullah saw. juga mencerminkan perhatiannya terhadap umatnya. Dia peduli dengan keadaan umat Muslim dan menyadari bahwa ketika Ramadhan berakhir, mereka akan kembali ke rutinitas dunia yang sibuk dan mungkin terlepas dari momentum kebaikan yang dimiliki selama bulan suci ini.
Hadits tersebut pun mengajarkan kepada umat Muslim beberapa pelajaran berharga, di antaranya:
Hadits ini mengajarkan kepada kita bahwa kesedihan itu manusiawi, terutama ketika kita harus berpisah dengan sesuatu yang berharga bagi kita. Namun, kesedihan ini haruslah menjadi dorongan bagi kita untuk terus berusaha mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan kualitas hidup kita sebagai umat Muslim.
Rasulullah saw. bersabda:
لَوْ تَعْلَمُ اُمَّتِيْ مَا في رَمَضَا نَ لَتَمَنَّتْ أُمَّتِي اَنْ تَكُوْنَ السَّنَة ُ كُلُّهَا رَمَضَانَ
“Seandainya umatku mengetahui keutamaan di bulan Ramadhan, maka sungguh mereka akan berharap setahun penuh Ramadhan.” (H.R. Ibnu Khuzaimah)
Masih mau mendapat limpahan pahala di Bulan Ramadhan? Yuk, berinfak bantu sesama di lini ini: Infak Ramadhan
Bagi yang hendak menunaikan Zakat Fitrah dan Zakat Maal, bisa ditunaikan di sini: Link Bayar Zakat
Baca Juga:
Cara Menghapus Dosa dari Perbuatan Tercela
Penyabab Hancurnya Umat di Masa Lalu
Kedudukan Zakat dalam Syariat Islam
Penulis: Hafidz Fuad Halimi
Tags:
ramadhan
lazpersis
artikel islam