Islam Menyikapi Peristiwa Gerhana


Penulis: Hafidz Fuad Halimi
18 Apr 2023
Bagikan:
By: Hafidz Fuad Halimi
18 Apr 2023
938 kali dilihat

Bagikan:

Islam itu agama yang revolusioner. Artinya adalah, Islam selalu membawa gagasan perubahan mendasar dan menyeluruh terhadap pondasi hidup bermasyarakat.

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Dan tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad), kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.” (QS Al-Anbiya: 107)

Islam yang disampaikan melalui Nabi Muhammad SAW. itu membawa rahmat yang terdiri dari berbagai gagasan, yakni gagasan tentang keselamatan, kebaikan, keselarasan, keseimbangan, ketenteraman, serta gagasan tentang kesejahteraaan.

Keselamatan yang dibawa Islam itu maksudnya apa? Hadirnya Islam itu menyelamatkan manusia dari pola pikir keliru, menyimpang, sesat, bahkan pola pikir yang membahayakan nilai-nilai kemanusiaan yang berpotensi mengganggu ketenteraman dan kesejahteraan manusia.

Perlu juga dipahami bersama, bahwa rahmat itu dimulai dengan membangun dan menciptakan pola pikir yang benar serta cara berpikir yang tidak mengada-ada. Melalui Islam, manusia diajak untuk bisa menyikapi segala sesuatu secara ilmiah.

Dengan demikian, manusia beriman  itu meskipun tidak sekolah tinggi, umat Islam itu cara mikirnya sudah benar. Meskipun gelarnya tak berderet, seorang muslim itu hidupnya udah benar. Kebenaranya itu dasarnya adalah iman. Ibaratnya, dalam kehidupan orang-orang beriman yang bingung dan yang sesat itu diberi petunjuk.

Semua kebenaran dalam Islam itu dimulai dengan iman. Seiring dengan berjalannya waktu, akal sehat itu akan membenarkan iman yang tertanam dalam diri kita.

Perhatikan bagaimana Nabi Muhammad SAW. membimbing manusia untuk menyikapi gejala dan peristiwa alam. Pergantian siang dan malam, perubahan musim dan cuaca,  bahkan sampai peristiwa terjadinya gerhana, baik gerhana matahari ataupun gerhana bulan.

Lantas, memangnya pandangan warga di berbagai belahan dunia menyikapi peristiwa gerhana? Lihat bagaimana kepercayaan-kepercayaan di berbagai belahan dunia seputar gerhana!

Di Yunani, dulu bahkan masih ada sampai sekarang yang percaya bahwa peristiwa gerhana itu adalah fenomena dewa-dewa yang sedang marah-marah. Artinya apa? Artinya, akan terjadi bencana di tempat terjadinya gerhana.

Bangsa Viking di Eropa menganggap fenomena gerhana adalah peristiwa di mana dewa matahari sedang dikejar-kejar serigala. Ketika matahari tertangkap serigala, maka terjadilah gerhana matahari. Apa yang mereka lakukan? Mereka membuat kegaduhan dengan cara membentur-benturkan, memukul-mukul wajan, panci, atau bejana logam lainnya untuk menakut-nakuti serigala dan melepaskan matahari dari genggamannya.

Masyarakat India percaya jika terjadi gerhana, jangan memakan apapun. Makanan yang dimakan akan menjadi racun dan najis.

Kemudian masyarakat Cina. Sampai sekarang orang Cina masih banyak yang percaya bahwa terjadinya gerhana akibat matahari yang ditelan oleh Naga. Sebagian lagi percaya bahwa warna merah dari gerhana adalah tanda naga yang sedang haus darah dan akan turun ke bumi untuk memangsa manusia. Tentu jika memerhatikan kepercayaan seperti ini, sepertinya kemajuan teknologi yang terjadi di Cina tidak selaras dengan akal sehat dalam hal kepercayaan.

Perhatikan suku Hupa di Amerika yang percaya bahwa bulan memiliki 20 hewan peliharaan. Ketika peliharaan tidak diberi makan, hewan-hewan itu dipercaya menyerang bulan. Warna merah pada saat terjadi gerhana bulan itu adalah darah bulan yang terluka diserang hewan peliharaannya.

Suku inca di Amerika percaya bahwa fenomena gerhana adalah fenomena dimakannya matahari oleh Jaguar. Di Afrika ada kepercayaan bahwa gerhana terjadi akibat pertarungan/peperangan antara matahari dan bulan.

Di berbagai tempat banyak orang yang percaya bahwa gerhana itu tanda kedatangan iblis/setan. Maka, diperlukan kegaduhan untuk mengusir iblis atau setan yang datang untuk mengganggu manusia. Tak kalah banyak juga orang di belahan dunia yang percaya bahwa gerhana itu berkaitan dengan kehaliran atau kematian seseorang.

Berbanggalah umat Islam karena hadirnya Islam itu untuk meluruskan berbagai kepercayaan, keyakinan khayalan yang mengada-ada, kebohongan yang dilestarikan.

Maka tak bisa dipungkiri, Islam datang membawa gagasan akbar, gagasan fenomenal, gagasan revolusioner, gagasan modern, gagasan anti norak, gagasan yang sejalan dengan akal sehat manusia.

Dalam hal peristiwa gerhana, setidaknya ada tiga bentuk gagasan yang diajarkan Islam.

Pertama, Gagasan Tauhid. Ingat kisah yang menceritakan wafatnya putra Nabi Muhammad saw., Ibrahim. Pada saat itu terjadi gerhana sehingga orang-orang menganggap alam pun berduka atas wafatnya putra Nabi. Gerhana jadi tanda wafatnya seseorang, gerhana punya keterkaitan dengan wafatnya Ibrahim putra Nabi. Namun, apa yang disabdakan Nabi saw.:

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حَتَّى يَنْجَلِيَ


Sesungguhnya matahari dan bulan adalah sebuah tanda dari tanda-tanda Allah Swt. Keduanya tidak menjadi gerhana disebabkan kematian seseorang atau kelahirannya. Bila kalian mendapati gerhana, maka lakukanlah shalat dan berdoalah hingga selesai fenomena itu.” (Bukhari Muslim)

Gak ada kaitannya antara wafatnya Ibrahim putra Rasulullah dengan fenomena gerhana. Jika wafatnya Ibrahim putra Rasulullah saja tak berkaitan dengan gerhana, apalagi wafatnya si anu dan si itu.

Kedua, Gagasan Sains. Perhatikan ayat berikut:

لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۚ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ

Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya (orbit). (QS Yaasin: 40)

Perhatikan, bagaimana pandangan Islam terhadap aktivitas alam semesta, terutama matahari dan bulan. Islam menganggap bahwa fenomena matahari dan bulan sehingga munculnya siang dan malam, berbagai musim, dan fenomena cuaca lainnya adalah sistem peristiwa alamiah di mana matahari dan bulan beredar pada garis edarnya (orbitnya). Bukankah Islam sudah mengabarkan fenomena sains ini sebelum para peneliti menguak rahasia alam semesta di zaman kemudian.

Maka dalam Islam, orang Islam itu beruntung. Imannya itu selaras dengan ilmu pengetahuan. Tidak mungkin Islam bertentangan dengan ilmu pengetahuan, dengan sains. Jika iman dirasa tidak sesuai dengan akal, maka yangharus dipahami adalah ilmu kita yang belum sampai atas pesan yang tertuang dalam petunjuk iman.

Yang ketiga, Gagasan Sosial. Sebagaimana sabda Nabi saw.:

فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

" Jika kalian melihat gerhana, maka banyaklah berdoa kepada Allah, bertakbirlah, dirikan shalat dan bersedekahlah." (HR Bukhari)

Sedekah menjadi tanda syukur atas segala karunia Allah, termasuk saat kita diizinkan untuk menikmati tanda-tanda kebesaran Allah, seperti gerhana ini. Hadits tersebut menyiratkan bahwa ada ganjaran lebih jika kita bersedekah di saat terjadi gerhana.

Maka dari itu, manfaatkan gerhana kali ini untuk bersedekah berdasarkan kemampuan terbaik. Yakinlah, ada kebaikan tak terduga dari sedekah yang akan kita laksanakan saat ini.

Terakhir, semoga peristiwa gerhana ini semakin menguatkan keimanan dan ketakwaan kita, mampu semakin mendekatkan diri kita kepada Allah, dan semoga segala kesalahan kita diampuni oleh Allah sehingga kita menjadi manusia yang layak meraih surga di keabadian alam akhirat.

Bagi yang hendak menunaikan sedekah dengan praktis dan mudah, bisa langsung ditunaikan bahkan saat gerhana berlangsung hanya dengan klik tautan di bawah ini.

lazpersis.or.id/ziswaf

Semoga segala amal ibadah dan kebaikan yang kita lakukan berbuah pahala berlimpah di sisi Allah.

Wallahu A’lam bis Shawab

Penulis: Hafidz Fuad Halimi
Tags: lazpersis berkahramadhan berbagi

Berita Lainnya

Mitra LAZ Persatuan Islam
WhatsApp