Dalam beberapa tahun terakhir, banyak keluarga merasakan beratnya memenuhi kebutuhan hidup. Harga bahan pokok naik, biaya pendidikan dan kesehatan pun semakin mahal. Di pasar, uang 100 ribu terasa semakin rendah nilainya. Daya beli masyarakat terus menurun, dan ini adalah tanda nyata bahwa kemiskinan bukan lagi angka statistik, tapi kenyataan yang dirasakan langsung oleh masyarakat prasejahtera setiap harinya.
Sebagai agama yang sempurna, Islam tentu tidak akan membiarkan umatnya terpuruk tanpa solusi. Ketika sebagian saudara kita mengalami kekurangan, ajaran Islam menggerakkan kita untuk saling menopang satu dengan lainnya melalui ikatan ukhuwah islamiyah. Jika umat Islam memiliki komitmen kuat, maka umat Islam menjadi kaum yang akan selalu terlindungi di berbagai tingkatan ujian kehidupan.
Kemiskinan dan Menurunnya Daya Beli: Realita yang Perlu Ditanggapi
Kemiskinan hari ini tidak hanya soal penghasilan atau pendapatan yang kecil, tetapi ditentukan oleh banyak faktor. Salah satu indikator yang menentukan ukuran kemiskinan ialah harga-harga yang semakin tidak terjangkau. Saat upah tidak naik tetapi kebutuhan hidup melonjak, maka yang terjadi adalah daya beli masyarakat melemah. Akibatnya, kebutuhan dasar seperti makanan sehat, pendidikan layak, bahkan tempat tinggal yang aman jadi sulit didapatkan masyarakat. Inilah titik nadir ciri dari munculnya indikator kemiskinan.
Ingat juga bahwa kemiskinan merupakan fenomena multidimensional, yang mencakup aspek sosial, psikologis, kultural, bahkan politis. Meskipun indikator ekonomi ini penting, banyak ilmuwan sosial berpendapat bahwa kemiskinan sejatinya tidak bisa dilihat hanya dari angka pendapatan.
Dalam situasi seperti ini, umat Islam tidak boleh tinggal diam. Kita tidak cukup hanya bersimpati, tapi harus aktif bergerak. Dan Islam telah menyiapkan jalan keluar sosial yang terbukti efektif, yakni penguatan gerakan zakat, infak, dan sedekah.
Zakat dan Infak: Sistem Ekonomi Sosial Islam yang Menyelamatkan
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang bukan sekadar ibadah spiritual. Zakat menjadi salah satu sistem ekonomi sosial yang mendistribusikan kekayaan dari yang kalangan sejahtera kepada kalangan prasejahtera. Dalam surah, Allah memerintahkan:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka...” (Q.S. at-Taubah: 103)
“Sesungguhnya sedekah (zakat) itu bagi diperuntukan hanya untuk kalangan fakir, miskin, profesi amilin, muallaf, untuk memerdekakan hamba sahaya, untuk membebaskan mereka yang terlilit hutang, untuk perjuangan di jalan Allah, dan untuk mereka yang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Bijaksana, Maha Mengetahui. (Q.S. at-Taubah: 60)
Zakat itu bukan beban umat. Justru zakat itu jalan keberkahan berupa solusi sosial. Keindahan dampaknya bukan hanya akan terasa kepada penerima manfaat. Nikmatnya syariat zakat akan sangat pula terasa kepada mereka yang ikhlas menunaikan zakat.
Selain melalui syariat zakat, infak dan sedekah pun menjadi pelindung sosial umat lainnya yang tidak bisa dianggap enteng dampaknya. Infak dan sedekah menjadi bentuk kebaikan sosial yang tidak terbatas pada waktu dan jumlah. Justru dalam keadaan sulit, infak dan sedekah memiliki nilai yang lebih agung di sisi Allah.
“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai ada seratus biji...” (Q.S. al-Baqarah: 261)
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Sedekah yang paling utama adalah sedekah di saat kamu sehat dan dalam keadaan sempit (berat mengeluarkannya).”
(H.R. Bukhari Muslim)
Ghirah Sosial: Ketika Satu Tangan Membantu, Seribu Jiwa Terangkat
Saat zakat, infak, dan sedekah membudaya dalam masyarakat, maka terbentuklah ghirah sosial saling peduli antar sesama. Tidak menunggu kaya raya untuk berbagi. Tidak menunggu kelimpahan untuk memberi. Dalam Islam, membantu orang lain adalah cara terbaik untuk memperbaiki keadaan sendiri.
Bayangkan jika dari seribu orang muslim saja sengaja menyisihkan seribu rupiah per hari, maka dalam satu bulan akan terkumpul dana dengan kekuatan luar biasa yang bisa membantu konsumsi keluarga miskin, menyekolahkan anak-anak dhuafa, atau mengobati orang sakit yang tak mampu. Betapa kesukaran hidup yang sedang berlangsung bisa cepat diatasi dan dicegah dari terjadinya hal-hal yang lebih buruk menimpa masyarakat.
Saatnya Bergerak Bersama
Kemiskinan adalah ujian dan Islam tidak menyuruh kita hanya menonton penderitaan keluarga di sekeliling kita. Islam memerintahkan kita untuk bergerak aktif mengubah keadaan dengan tangan, hati, dan harta. Kita tidak bisa menunggu uluran tangan negara untuk menyelesaikan semuanya. Umat harus bangkit dengan sistem zakat dan nilai solidaritas yang sudah lama diajarkan dan dicontohkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam.
Mari bangkitkan kembali ghirah berzakat, semangat bersedekah, danmenjaga ketulusan dalam berinfak agar daya beli yang menurun tidak meruntuhkan harapan umat. Saat kita saling menguatkan, Allah akan menurunkan keberkahan-Nya untuk semua.
Yuk, kuatkan kembali gerakan bantu sesama di tengah kesulitan melalui program-program kebaikan di link ini: Link Infak & Sedekah
Tunaikan juga kewajiban zakat di sini: Link Bayar Zakat
Baca Juga:
LAZ PERSIS Dukung Pelaku Usaha Tahu Cibuntu di Maleer
Gerakan Matahari Mewujudkan Ruang Kepedulian terhadap Sesama
Membangun Ekosistem Ketahanan Pangan
Penulis: Hafidz Fuad Halimi
Tags:
lazpersis
Sosial
miskin