Menjemput Terang dari Sumatera: Mushaf-Mushaf yang Menyusuri Jalan Sunyi


Penulis: Taufik
07 Jul 2025
Bagikan:
By: Taufik
07 Jul 2025
20 kali dilihat

Bagikan:

Pekanbaru, Juli 2025 — Hari itu, cuaca menyengat tak kenal ampun. Udara panas menyelimuti bumi Sumatera dengan suhu mencapai 32 derajat. Daun-daun seperti berhenti bergerak, dan matahari tak memberi ruang teduh sedikit pun. Tapi dari balik terik yang menggigit, cahaya justru datang dalam bentuk lain: mushaf-mushaf Al-Qur’an yang dibawa oleh tangan-tangan relawan.

Itulah wajah dari Program Berkah Ramadhan BPKH 1446 H. Di minggu awal Juli, Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) bersama mitra kemaslahatan LAZ PERSIS kembali melanjutkan misi berbagi mushaf ke berbagai pelosok negeri. Sumatera menjadi tujuan selanjutnya—mereka yang jauh dari sorotan, namun tetap setia dalam semangat menjaga kalam-Nya.

Distribusi dilakukan melalui jaringan Persatuan Islam yang tersebar di lima titik utama:

  • Musholla Ar-Risalah, Tenayan Raya, Kota Pekanbaru
  • Rumah Belajar Kei-3, Perawang, Kabupaten Siak
  • Jayabakti, Desa Marsawa, Kabupaten Kuantan Singingi
  • Indrapuri, Kabupaten Kampar
  • Gunungsitoli, Pulau Nias, Sumatera Utara

Di Musholla Ar-Risalah, kesederhanaan menjadi latar kebahagiaan. Hasbia Jamil, pengurus musholla, menerima mushaf dengan mata berbinar. Ia tidak hanya melihat kitab suci—ia melihat harapan. “Ini bukan sekadar Al-Qur’an,” ucapnya pelan, “Ini penyemangat baru untuk jamaah kami, terutama generasi-generasi muslim di musholla ini. Mudah-mudahan berkah untuk para donatur dan BPKH yang telah menyalurkannya. Teriring doa, jazakumullahu khairan katsiran.”

Suasana haru yang sama terjadi di Rumah Belajar Kei-3. Sejumlah ibu duduk bersila, memegang mushaf baru yang kini menjadi milik pribadi. Dahulu, mereka harus bergiliran, dua atau tiga orang membaca dari satu mushaf yang sudah mulai pudar. Kini, masing-masing bisa membuka dan menyimak ayat dengan tenang, dengan miliknya sendiri.

Di balik distribusi yang berjalan rapi itu, ada peran besar Ari Agustian—Bidang Tarbiah PW Persis Riau—yang memimpin langsung pelaksanaan di lapangan. Ditemui di sela distribusi, ia menyampaikan,

"Kami ingin mushaf ini tidak hanya diterima, tapi digunakan, dijaga, dan menjadi bagian dari rutinitas ibadah harian. Di banyak titik, antusiasme masyarakat luar biasa. Ini bukan tentang jumlah, tapi tentang seberapa dalam ia menghidupkan semangat untuk lebih dekat dengan Al-Qur’an.”

Ari menuturkan bahwa akses terhadap mushaf yang layak masih menjadi tantangan di banyak wilayah. “Kita kerap mengira mushaf itu tersedia di mana-mana. Tapi ketika kami masuk ke rumah-rumah belajar, musholla kecil, dan dusun-dusun terpencil, kita sadar: ada banyak umat yang masih belajar dari halaman yang sobek, dari lembaran fotokopi.”

Karena itulah, distribusi ini tak hanya bermakna fisik. Ia adalah bentuk hadirnya umat untuk umat. Sebuah pengingat bahwa dakwah tidak selalu berdiri di atas mimbar—kadang ia berjalan kaki, membawa mushaf, dan menyerahkannya langsung ke tangan yang menunggu dengan sabar.

Program ini menunjukkan bahwa kebaikan tidak mengenal waktu. Meski Ramadhan telah berlalu, cahaya dari semangatnya masih terus menyala. Dan hari itu, meski langit Sumatera membakar tanah, mushaf-mushaf itu telah tiba. Disambut dengan doa, peluk, dan niat yang tak putus.

Karena di ujung-ujung negeri, di tempat yang tak selalu disebut, cahaya Al-Qur’an tetap dinanti. Dan ketika ia datang, ia tak hanya menerangi rumah—ia menghangatkan hati.

Penulis: Taufik
Tags: ramadhan sumatera BPKH al quran

Berita Lainnya

Mitra LAZ Persatuan Islam
WhatsApp