Produktivitas dan kreativitas menjadi kata penting untuk menggambarkan etos kerja dan persaingan di era sekarang ini. Betapa tidak, di zaman sekarang ini kita dituntut untuk cepat, tepat, dan akurat dalam mengisi usia produktif. Prinsip itu bukan hanya berlaku bagi para pekerja dan pengusaha. Para pelajar, pengajar, pendidik umat, aktivis sosial, seniman, dan berbagai peran yang disandang masyarakat harus berpegang pula pada prinsip-prinsip tersebut.
Bayangkan saja, setiap saat kita disajikan perkembangan yang cepat di berbagai sektor. Kemajuan teknologi seolah-olah akan melibas mereka yang lalai dan abai terhadap kemajuan zaman. Mereka yang mau beradaptasi dengan tantangan zaman, disinyalir merekalah yang akan mengendalikan cepatnya arus perubahan yang terjadi.
Situasi seperti itu sebetulnya tidak akan sedikit pun akan melibas umat Islam. Pasalnya, umat Islam sudah diwanti-wanti untuk mampu menghadapi setiap tantangan zaman dengan prinsip “berlomba-lomba dalam berbagai arena kebaikan” (Q.S. al-Baqarah [2]: 148). Prinsip itu berlaku dalam segala tindak dan tanduk umat Islam selama beraktivitas di alam dunia. Jika umat berpegang pada prinsip tersebut, tentu umat Islam akan jadi kelompok terdepan dalam hal produktivitas. Umat Islam akan menjadi pembelajar terproduktif, pendidik terproduktif, aktivis terproduktif, bahkan menjadi seniman terproduktif.
Prinsip “Fastabiqul Khairat” pun sejatinya memacu umat Islam untuk mampu beradaptasi dengan kemajuan zaman. Karena untuk bersaing di arena kekinian, umat harus mampu memanfaatkan fasilitas teknologi yang sedang disajikan peradaban masa kini. Tak tua tak muda, semua harus terjun ke berbagai sudut arena kebaikan sebagai realisasi jati diri umat yang siap berkompetisi membangun peradaban madani. Jika tidak, maka akan ada kaum yang memanfaatkan kemajuan zaman untuk memporak-porandakan sendi nilai moralitas dan kemanusiaan.
Kesibukan bukan lagi alasan jika kita mau beradaptasi. Sebagai contoh, tilawah Qur’an bisa melalui smartphone, mendengarkan kajian ilmu bisa melalui media dunia maya, informasi tinggal klik tanpa perlu beranjak, dorongan sedekah pun bisa dilakukan secara digital melalui lembaga kredibel. Lalu, apa lagi alasannya untuk kita tidak fastabiqul khairat? Teknologi sejatinya sudah memudahkan kita.
Tak ada batasan usia untuk tetap adaptif dan produktif dengan situasi kekinian. Semua sama, tak boleh berleha-leha dalam beramal saleh. Keakraban fasilitas teknologi membuka ruang lebar untuk meningkatkan daya guna dan karya, terlebih generasi muda. Energi dan motivasi yang tinggi menjadi bekal utama dalam melibas segala tantangan zaman. Jangan sampai nanti kita tau tau tua, tanpa karya dan tanpa guna.
Yuk, manfaatkan berkah usia dengan menunaikan zakat, infak, dan sedekah dengan cara scan QR Code di bawah ini...
Atau klik link ini untuk berzakat, berinfak, dan bersedekah.
Penulis: Hafidz Fuad Halimi
Tags:
lazpersis
introspeksi
renungan
usia