lazpersis.or.id - Di dunia ini, setiap orang pasti memiliki alasan untuk bekerja. Ada yang bekerja demi memenuhi kebutuhan sehari-hari, ada yang bekerja demi mengejar mimpi, dan ada pula yang bekerja demi orang-orang yang ia cintai. Namun, di balik semua alasan itu, ada satu filosofi istimewa yang dapat menjadi pegangan, yakni bekerja untuk hidup dan menghidupi.
Bekerja untuk hidup adalah bekerja demi menjaga keberlangsungan hidup kita sendiri. Mencari nafkah untuk makan, tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan adalah kebutuhan dasar manusia.
Islam memandang bekerja sebagai bentuk ibadah jika dilakukan dengan niat yang benar. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (Q.S. al-Mulk: 15)
Ayat ini menunjukkan bahwa mencari rezeki adalah perintah Allah. Namun bagi seorang mukmin, mencari rezeki harus diiringi kesadaran bahwa hidup ini akan kembali kepada-Nya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya seseorang itu tidak memakan suatu makanan pun yang lebih baik dari pada hasil kerja tangannya sendiri.” (H.R. Bukhari)
Hadis ini menegaskan pentingnya bekerja keras untuk menghidupi diri dengan cara yang baik dan mulia. Batasan untuk menghidupi diri ini merupakan upaya menjaga kehormatan seseorang yang berjuang memenuhi kebutuhan hidupnya.
Bekerja untuk hidup juga berarti tidak mengorbankan seluruh hidup hanya untuk bekerja. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam Sang Panutan kita mengajarkan keseimbangan itu.
“Sesungguhnya tubuhmu memiliki hak atasmu, matamu memiliki hak atasmu, dan keluargamu memiliki hak atasmu.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Adapun bekerja untuk menghidupi berarti menjadikan hasil kerja kita bermanfaat bukan hanya untuk diri sendiri, merlainkan lebih luas dari itu, yakni ada porsi tertantu untuk orang lain. Bukan hanya keluarga terdekat, tapi bisa jadi juga untuk masyarakat, lingkungan, bahkan generasi yang akan datang.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (H.R. Ahmad)
Menghidupi tidak sekadar memberi secara materi, tetapi juga memberi nilai, inspirasi, dan kontribusi. Seorang guru, misalnya, tidak hanya mengajar demi gaji, tetapi juga menghidupi masa depan murid-muridnya. Seorang pengusaha tidak hanya mencari keuntungan, tetapi juga menghidupi keluarga para karyawannya.
Dalam al-Qur’an, Allah memuji orang-orang yang berinfak dari rezekinya:
“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu.” (Q.S. al-Munafiqun: 10)
Filosofi ini mengajarkan keseimbangan. Kita bekerja untuk memenuhi kebutuhan diri, namun tidak berhenti sampai di situ. Hidup akan terasa lebih bermakna ketika hasil kerja kita juga memberi manfaat bagi orang lain.
Disadari atau tidak, salah satu ciri manusia bertakwa itu adalah pribadi yang rela mencurahkan pikiran, tenaga, bahkan harta untuk kepentingan orang lain. Ciri inilah yang menjadikan seseorang memiliki pribadi yang istimewa.
Penjelasan tersebut pun menekankan pentingnya bekerja keras untuk menghidupi diri, keluarga, sekaligus memberi ruang untuk memberi manfaat bagi orang lain. Keistimewaan itulah disebut predikat takwa.
Bekerja untuk hidup merupakan kebutuhan. Namun, bekerja untuk menghidupi adalah panggilan hati mulia. Ketika keduanya berpadu, kita tidak hanya menjadi pekerja yang produktif, tetapi juga manusia yang berarti. Bekerja untuk hidup sekaligus menghidupi menjadikan kita pribadi yang istimewa, di dunia sakaligus di akhirat.
Karena pada akhirnya, nilai sejati dari pekerjaan bukan diukur dari seberapa besar yang kita peroleh, tetapi seberapa besar kita memberi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berjanji:
“Barang siapa yang menolong (menghidupi) orang lain, maka Allah akan menolongnya di dunia dan di akhirat.” (H.R. Muslim)
Tertarik untuk bantu meringankan beban hidup orang lain? Yuk, langsung saja klik link ini: Link Berbagi
Bagi yang hendak menunaikan zakat, bisa langsung melalui link ini: Link Bayar Zakat
Baca Juga:
Penjual Lontong di Melong Nyontrol Siap Berdagang Lebih Giat Lagi
Dari Usaha Keripik Pisang Menuju Kemandirian Ekonomi
Kemiskinan Itu Ibarat Luka Sosial yang Butuh Diobati
Penulis: Hafidz Fuad Halimi
Tags:
lazpersis
bekerja
kerja
hidup