Dalam Islam, pemimpin memiliki peran yang sangat penting. Para pemimpin Islam tidak hanya bertanggung jawab secara duniawi, tetapi juga di hadapan Allah Swt. Salah satu sifat yang sangat ditekankan dalam Islam untuk seorang pemimpin adalah keadilan. Tapi, apa saja sih yang dimaksud dengan pemimpin yang adil menurut Islam? Yuk, kita bahas ciri-cirinya dan lihat dalil yang mendasarinya!
Seorang pemimpin dalam Islam dituntut untuk memiliki kebijaksanaan (hikmah) dalam setiap langkah dan keputusannya. Allah Swt. berfirman:
وَمَنْ يُّؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ اُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًاۗ
“Barang siapa yang diberi hikmah (kebijaksanaan), maka sesungguhnya ia telah diberi kebaikan yang banyak.”
(Q.S. al-Baqarah: 269)
Dalam konteks ini, gagasan yang cerdas adalah kemampuan pemimpin untuk memahami situasi dengan mendalam, menentukan tujuan bersama, menganalisis masalah dengan baik, dan menghasilkan solusi yang tepat serta bermanfaat. Visi misi yang digagas pemimpin pun bisa mencerminkan kualitas seorang pemimpin dan memengaruhi perjalanan kepemimpinan umat.
Keputusan yang salah karena keringnya gagasan dan pemahaman seorang pemimpin bisa berakibat pada ketidakadilan dan kesalahan orientasi dalam memimpin dan menjalankan kepemimpinan. Bisa jadi, pemimpin yang hadir tanpa gagasan berpotensi untuk dikendalikan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Jadi, pemimpin tanpa gagasan memiliki risiko yang tidak bisa dianggap enteng.
Islam menekankan pentingnya ilmu dan pengetahuan. Seorang pemimpin yang memiliki gagasan cerdas harus mampu memimpin dengan dasar pengetahuan yang benar, baik dalam urusan agama maupun dalam urusan duniawi. Rasulullah saw. bersabda:
“Barang siapa yang menginginkan dunia, wajib baginya memiliki ilmu. Barang siapa yang menginginkan akhirat, wajib baginya memiliki ilmu. Barang siapa yang menginginkan keduanya, wajib baginya memiliki ilmu.”
(H.R. Tirmidzi)
Dalam konteks kepemimpinan, ilmu dan kecerdasan pemimpin akan menuntun umat pada jalan yang benar, memberi solusi terhadap permasalahan sosial, politik, dan ekonomi dengan pendekatan yang berbasis pengetahuan.
Ilmu dan pengetahuan akan menuntun seorang pemimpin untuk berinovasi dalam memaslahatkan umat. Bahkan ilmu dan pengetahuan yang baik pun dapat menuntun pemimpin untuk memiliki etika dan moral yang mumpuni.
Ingatlah, pemimpin yang tidak cinta ilmu dan pengetahuan (bodoh) hanya akan menjerumuskan umat dalam kebinasaan dan kehinaan. Kekuasaan di genggaman pemimpin bodoh hanya akan menjadi malapetaka bagi umat.
3. Mengutamakan Kepentingan Bersama, Bukan Kepentingan Pribadi
Pemimpin yang adil adalah mereka yang selalu mendahulukan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi atau golongan. Mereka memahami bahwa jabatan adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan, bukan alat untuk mencari keuntungan pribadi.
Dalil yang mendukung hal ini bisa kita lihat dalam Al-Qur’an:
اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِۗ اِنَّ اللّٰهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ سَمِيْعًا ۢ بَصِيْرًا
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang paling baik kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
(Q.S. an-Nisa: 58)
Ayat ini menegaskan pentingnya amanah dan keadilan dalam memimpin. Pemimpin yang adil harus bisa memutuskan segala sesuatu dengan cara yang benar dan merata, tanpa memihak pada kepentingan tertentu.
4. Tidak Bersikap Otoriter
Islam mengajarkan bahwa pemimpin yang adil tidak menggunakan kekuasaannya dengan sewenang-wenang. Mereka tidak menganggap diri mereka lebih tinggi dari yang dipimpin, melainkan tetap rendah hati dan mendengarkan aspirasi rakyatnya.
Nabi Muhammad saw. adalah contoh terbaik dalam hal ini. Meskipun beliau adalah pemimpin tertinggi umat Islam, beliau tetap sangat rendah hati dan demokratis dalam kepemimpinannya. Salah satu hadis yang bisa menjadi acuan adalah:
“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian cintai dan mereka mencintai kalian, yang kalian doakan dan mereka mendoakan kalian. Seburuk-buruk pemimpin kalian adalah yang kalian benci dan mereka membenci kalian, yang kalian kutuk dan mereka mengutuk kalian.”
(H.R. Muslim)
Dari hadis ini, kita bisa belajar bahwa pemimpin yang adil akan senantiasa menjaga hubungan yang baik dengan yang dipimpin, tidak menggunakan kekuasaannya untuk menekan, tetapi untuk melayani.
5. Bijaksana dan Jujur
Keadilan tidak mungkin terwujud tanpa kebijaksanaan. Pemimpin yang adil harus memiliki hikmah dalam setiap keputusan yang diambil. Selain itu, kejujuran juga menjadi pilar penting. Jika seorang pemimpin tidak jujur, kepercayaan masyarakat akan hilang dan akhirnya keadilan di tengah masyarakat pun sulit dicapai.
Rasulullah saw. bersabda:
“Tidak ada iman bagi orang yang tidak amanah dan tidak ada agama bagi orang yang tidak jujur dalam berkata.”
(H.R. Ahmad)
Dalam konteks kepemimpinan, seorang pemimpin yang tidak jujur tentu tidak bisa adil. Kejujuran adalah fondasi dari setiap kebijakan dan keputusan yang diambil.
6. Menegakkan Keadilan Tanpa Pandang Bulu
Pemimpin yang adil harus mampu menegakkan hukum dengan tegas, tanpa memandang status sosial, kekayaan, atau kedekatan pribadi. Mereka tidak boleh pilih kasih dalam menegakkan keadilan.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw. bersabda:
“Sesungguhnya yang membinasakan umat sebelum kalian adalah bahwa apabila orang-orang mulia di antara mereka mencuri, mereka biarkan. Tetapi apabila orang-orang lemah di antara mereka mencuri, mereka tegakkan hukum atasnya. Demi Allah, seandainya Fatimah putri Muhammad mencuri, niscaya akan aku potong tangannya.”
(H.R. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini jelas menunjukkan bahwa dalam Islam, keadilan tidak boleh dibeda-bedakan. Siapa pun yang melanggar hukum, harus diperlakukan sama.
7. Mengutamakan Musyawarah
Dalam Islam, pemimpin yang adil harus mau bermusyawarah dengan warga yang dipimpinnya. Ini adalah salah satu ciri penting kepemimpinan dalam Islam. Pemimpin tidak boleh bersikap otoriter dengan memutuskan segala hal sendiri tanpa mendengarkan aspirasi orang lain, terutama pandangan orang-orang ahli di bidangnya.
Allah Swt. berfirman:
وَالَّذِيْنَ اسْتَجَابُوْا لِرَبِّهِمْ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَۖ وَاَمْرُهُمْ شُوْرٰى بَيْنَهُمْۖ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَۚ
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka. Mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.”
(Q.S. asy-Syura: 38)
Musyawarah menjadi ciri khas pemimpin yang adil. Karena melalui musyawarah, keputusan yang diambil cenderung lebih adil dan diterima oleh semua pihak dan mambawa maslahat bagi umat. Di akhir ayat pun dicantumkan, bahwa pembiasaan bermusyawarah para pemimpin itu berdampak pula dari melekatnya sikap kedermawanan dalam keseharian seorang pemimpin.
8. Bersikap Lemah Lembut dan Tidak Kasar
Pemimpin yang adil juga harus memiliki sikap lemah lembut. Mereka mampu memahami perasaan rakyatnya dan tidak bersikap keras atau kasar. Sikap lembut dalam kepemimpinan akan mengundang rasa hormat dan kepercayaan dari yang dipimpin.
Dalam al-Qur'an, Allah berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَۖ
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu..."
(Q.S. Ali Imran: 159)
Sikap lembut ini penting untuk menjaga harmoni dalam masyarakat sehingga pemimpin mampu mengayomi dengan bijak. Ayat tersebut pun menyiratkan bahwa kepemimpinan itu dibangun bukan oleh tangan besi yang menimbulkan rasa takut. Kepemimpinan ideal itu dibentuk dengan sikap lembut, terutama lembut hati yang membuat seorang pemimpin bisa diteria dan ditaati oleh warga yang dipimpinnya.
Dalam ajaran Islam, seorang pemimpin yang adil bukan hanya dituntut untuk memiligi gagasan yang brilian, tetapi juga harus bijaksana, tegas, rendah hati, jujur, dan lemah lembut. Mereka adalah sosok yang bisa menegakkan keadilan tanpa pandang bulu, mendahulukan kepentingan bersama, mengajak kepada kebaikan, dan selalu bermusyawarah dalam mengambil keputusan.
Jadi, jika ingin menjadi atau memilih pemimpin yang adil, ciri-ciri di atas bisa menjadi panduan yang jelas untuk kita. Dan yang tak kalah penting, selalu ingat bahwa kepemimpinan adalah amanah berat yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt. Begitu pun dengan pilihan kita dalam proses pemilihan pimpinan, suatu saat akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt.
Bagi jamaah cerdas yang ingin berkontribusi dalam kemaslahatan umat, bisa bersedekah dan berinfak dengan cara klik link ini: Link Infak & Sedekah
Bagi jamaah saleh yang belum menunaikan zakat, bisa langsung ditunaikan dengan cara klik link ini: Link Bayar Zakat
Baca Juga:
Apa Hukuman bagi Hakim yang Tidak Adil?
Penyabab Hancurnya Umat di Masa Lalu
LAZ PERSIS Ambil Bagian dari Aksi Kolaborasi Internasional untuk Palestina
Penulis: Hafidz Fuad Halimi
Tags:
lazpersis
keadilan
artikel islam
adil
pemimpin