Nikmat bukan hanya merasakan kesenangan, kesehatan, kesempatan, dan karena menerima pemberian. Namun, terlepas dari bahaya juga merupakan nikmat yang wajib disyukuri. Dapat dibayangkan jika kita yang tertimpa musibah, kiranya mampu untuk bersabar?
Karena itu, saat musibat menimpa orang lain atau keluarga lain, segeralah bersyukur dengan meningkatkan kualitas ibadah. Shalatnya lebih khusyuk, zakat infaknya tambah lancar, dan sedekahnya menjadi sering. Firman Allah Swt.:
وَاَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْࣖ
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.” (Q.S. ad-Dhuha [93]: 11)
Artinya, orang lain yang tidak mendapatkan nikmat harus ikut merasakan nikmat melalui sedekah. Apalagi jika sedekah diberikan kepada orang yang sedang menderita karena ditimpa musibat.
Ingatlah, bahwa pada harta kita ada hak kerabat, orang miskin, dan ibnu sabil. Jika digunakan untuk foya-foya, maka termasuk tabdzir dan menjadi saudara setan. Dan, setan adalah sifat yang kafir.
وَاٰتِ ذَا الْقُرْبٰى حَقَّهٗ وَالْمِسْكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيْرًا اِنَّ الْمُبَذِّرِيْنَ كَانُوْٓا اِخْوَانَ الشَّيٰطِيْنِۗ وَكَانَ الشَّيْطٰنُ لِرَبِّهٖ كَفُوْرًا
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros (tabdzir). Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S. al-Isra [17]: 26-27)
Di dalam al-Qur’an, kalimat Wasta’ḻnû bis-Shabri was-Shalât (minta tolonglah dengan sabar dan shalat) terdapat pada dua ayat QS al-Baqarah, yakni di ayat 45 dan 153.
وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ
“Minta tolonglah kamu dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (Q.S. al-Baqarah [2]: 45)
Selanjutnya, Allah menerangkan tentang shalat khusyuk dan mengungkapkan ciri-ciri orang yang shalatnya khusyuk, yakni:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, Minta tolonglah kamu dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. al-Baqarah [2]:153)
Selanjutnya, Allah Swt. menerangkan tentang sabar dan pahala bagi mereka.
Ayat 45 pada asalnya ditujukan kepada Bani Israil yang diberi limpahan nikmat, bahkan diunggulkan dari seluruh alam, mereka diperintah untuk khusyuk dalam shalatnya.
Sedangkan ayat 153 ditujukan kepada orang-orang yang beriman, yang lebih sering mendapat musibat dan mereka diperintah untuk sabar.
Jadi, siapa saja yang menerima nikmat dan terlepas dari musibat, hendaklah bersyukur kepada Allah dengan meningkatkan kekhusyuan ibadah. Sedangkan yang ditimpa musibat hendaklah bersabar, karena dengan khusyuk dan sabar, Allah Swt. akan menolong kita dari siksa neraka.
Aisyah r.a. dan al-Mughirah bin Syu’bah bercerita, bahwa Rasulullah shalat malam membaca surah-surah yang panjang sampai kakinya bengkak. Lalu dikatakan:
لِمَ تَصْنَعُ هَذَا يَا رَسُولَ اللهِ وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ أَفَلاَ أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا
“Mengapa tuan berbuat begitu, bukankah Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?” Jawab Beliau, “Apakah saya tidak suka menjadi hamba yang bersyukur?”. (H.R. al-Bukhari dan Muslim)
Karena itu, disyariatkan nadzar yang baik, misalnya “Jika saya mendapat keuntungan, saya akan bersedekah kepada faqir miskin”. Terlarang bernadzar maksiat, misalnya, “Jika saya lulus, saya akan foya-foya.” Ia wajib membatalkan nazarnya dan harus membayar kifarat dengan memberi makan kepada sepuluh orang miskin.
Adapun ungkapan syukur melalui lisan sebagaimana ucapan Nabi Daud dan Sulaiman a.s yang diabadikan Allah dalam al-Qur’an:
وَلَقَدْ اٰتَيْنَا دَاوٗدَ وَسُلَيْمٰنَ عِلْمًاۗ وَقَالَا الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ فَضَّلَنَا عَلٰى كَثِيْرٍ مِّنْ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِيْنَ
“Dan sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan keduanya mengucapkan: ‘Segala puji bagi Allah yang melebihkan kami dari kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman’.” (Q.S. an-Naml [27]: 15)
Orang yang sabar saat ditimpa musibat dapat dikatakan banyak, karena mereka pasrah tidak dapat berbuat apa-apa. Sekali pun “aral” atau putus asa, mereka tidak dapat mengubah nasibnya. Adapun orang yang bersyukur disebutkan oleh Allah hanya sedikit karena mereka berkeyakinan, tidak kafir pun mareka tetap mendapat nikmat. Malahan, mereka makin sombong dan menjauh dari Allah Swt.
وَهُوَ الَّذِيْٓ اَنْشَاَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَ
“Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian pendengaran, penglihatan, dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur.” (Q.S. al-Mukminun [23]: 78)
وَلَقَدْ مَكَّنّٰكُمْ فِى الْاَرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيْهَا مَعَايِشَۗ قَلِيْلًا مَّا تَشْكُرُوْنَࣖ
“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.” (Q.S. al-A’raf [7]: 10)
Mohonlah bimbingan Allah untuk menjadi hamba-Nya yang bersyukur. Suatu hari, Rasulullah Saw memegang tangan Mu’adz bin Jabal, seraya bersabda:
« يَا مُعَاذُ وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ ». فَقَالَ « أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لاَ تَدَعَنَّ فِى دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ تَقُولُ اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ »
“Ya Mu’adz, sungguh aku mencintaimu. Ya Mu’adz sungguh aku mencintaimu.” Selanjutnya, Beliau bersabda, “Aku washiyatkan kepadamu ya Mu’adz, jangan kamu tinggalkan di setiap akhir shalat, kamu berdo’a, ‘Ya Allah, tolonglah aku untuk selalu mengingat-Mu, selalu bersyukur kepada-Mu, dan selalu baik beribadah kepada-Mu’.” (H.R. Abu Daud)
Yuk, buktikan rasa syukurmu dengan berbagi langsung di link ini: Link Infak & Sedekah
Bagi yang hendak menunaikan zakat, bisa langsung ditunaikan di link ini: Link Bayar Zakat
Baca Juga:
Bersyukur Saat Beruntung (Bagian 1)
Bahaya dan Dampak Tertanamnya Kesombongan dalam Diri
Santri dan Guru di Banten Menerima Ratusan Mushaf al-Qur’an Baru
Kontributor Foto: Persis Photography
Penulis: KH. M. Rahmat Najieb, M.Pd
Tags:
lazpersis
persis
ibadah
bersyukur
artikel islam