lazpersis.or.id - Dalam pandangan Islam, kesabaran (ṣabr) merupakan salah satu akhlak mulia yang sangat dijunjung tinggi. Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan hamba-Nya untuk senantiasa bersabar dalam berbagai keadaan, baik dalam menghadapi ujian, menjalankan ketaatan, maupun menjauhi larangan. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman, "Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar". (QS. Al-Baqarah [2]: 153)
Ini menunjukkan bahwa kesabaran bukan sekadar kemampuan menahan diri, tetapi juga bentuk kedewasaan iman dan ketaatan kepada Allah. Dalam kehidupan sehari-hari, kesabaran menjadi pondasi penting untuk menjaga ketenangan, menghindari emosi berlebihan, dan membentuk pribadi yang matang dalam berpikir dan bertindak.
Membentuk pribadi yang sabar, terutama pada anak, tidaklah terjadi secara instan. Kesabaran bukan sifat bawaan yang muncul begitu saja, melainkan hasil dari proses pendidikan, teladan, dan pembiasaan yang berulang. Dalam masa pertumbuhan, anak sering kali menunjukkan sifat mudah marah, kecewa, atau menangis ketika keinginannya tidak terpenuhi. Di sinilah peran orang tua menjadi sangat penting yang bukan sekadar untuk menenangkan, tetapi juga untuk menanamkan nilai-nilai kesabaran sejak dini. Orang tua harus menyadari bahwa mendidik kesabaran pada anak membutuhkan kesabaran yang berlapis dari dirinya sendiri.
Ada beberapa kiat yang dapat dilakukan orang tua dalam mendidik kesabaran anak, di antaranya:
Pertama, menjadi teladan. Anak belajar terutama dari apa yang ia lihat, bukan hanya dari apa yang ia dengar. Ketika orang tua mampu menahan amarah, berbicara lembut, dan menghadapi masalah dengan tenang, anak akan meniru perilaku itu secara alami.
Kedua, membiasakan anak menunggu. Misalnya, tidak langsung memenuhi permintaannya, tetapi memberi jeda waktu agar ia belajar menahan keinginan. Dari situ, anak belajar bahwa tidak semua hal bisa didapat seketika.
Ketiga, memberikan pemahaman melalui kisah dan nasihat. Ceritakan kisah para nabi dan orang saleh yang menunjukkan kesabaran luar biasa, seperti Nabi Ayyub yang tetap bersyukur dalam penderitaan, atau Nabi Yusuf yang tetap teguh dalam ujian. Melalui kisah, nilai kesabaran lebih mudah diserap oleh hati anak. Keempat, menghargai setiap usaha anak dalam bersabar. Saat anak mampu menahan diri, berilah pujian atau pelukan agar ia merasa bangga dengan sikap baiknya. Ini akan menumbuhkan motivasi untuk terus berlatih sabar.
Selain itu, orang tua juga perlu menciptakan suasana rumah yang tenang dan penuh kasih sayang. Lingkungan yang penuh emosi dan teriakan justru akan memupuk ketidaksabaran pada anak. Sebaliknya, rumah yang penuh doa, keteladanan, dan komunikasi lembut akan menjadi tempat terbaik bagi tumbuhnya karakter sabar.
Pada akhirnya, orang tua akan merasakan kebahagiaan yang mendalam ketika melihat anaknya tumbuh menjadi pribadi yang sabar. Anak yang sabar tidak mudah putus asa, tidak cepat marah, dan mampu menghadapi kehidupan dengan hati yang tenang. Inilah buah manis dari proses panjang pendidikan akhlak. Kesabaran anak menjadi cerminan keberhasilan orang tua dalam menanamkan nilai-nilai Islam di dalam hatinya. Maka, mendidik kesabaran bukan hanya membentuk kepribadian anak yang kuat, tetapi juga mengantarkan keluarga menuju ketenangan, keberkahan, dan cinta kasih yang diridhai Allah ﷻ.
Yuk, dukung terus program pendidikan anak Indonesia melalui infak di link ini: Infak Pendidikan Anak Indonesia
Anda pun bisa menunaikan zakat secara mudah dan praktis melalui link ini: Bayar Zakat Sekarang!
Baca Juga:
Bukan Sekedar Halal, Makanan yang Dikonsumsi Pun Harus Thayyib
Pentingnya Membangun Kebersamaan dalam Keluarga
Selangkah Memberi Jalan, Sejuta Nyawa Bisa Terselamatkan
Penulis: Hafidz Fuad Halimi
Tags:
lazpersis
keluarga
sabar
anak