Pasukan Militer Penjajah (IDF) di tanah Pelestina disebut sudah mulai melakukan pencaplokan di Jalur Gaza. Langkah itu dinilai sejalan dengan rencana pembersihan etnis yang dijalankan Bangsa Penjajah di Gaza.
Itay Epshtain, pakar hukum kemanusiaan internasional, mengatakan dalam sebuah postingan di X bahwa, “Isra3l telah mencaplok 56 kilometer persegi wilayah Gaza, yang diberi nama ‘Wilayah Netzarim’”.
Pemerintah Kolonial memiliki rencana serupa untuk wilayah di Gaza Utara dan Rafah. “Gaza Utara dan Rafah akan diakuisisi secara permanen, sementara 2,2 juta warga Palestina ditahan di Khan Younis dan al-Bureij,” kata Epshtain yang juga merupakan penasihat khusus Dewan Pengungsi Norwegia (NRC). Secara total, luas Jalur Gaza hanya sekitar 365 km persegi dan menjadikannya sebagai salah satu tempat terpadat di dunia.
Epshtain menekankan bahwa Dewan Keamanan PBB harus segera bertindak atas penggunaan kekuatan bersenjata Penjajah terhadap kedaulatan, integritas teritorial, dan independensi politik Palestina. Tindakan Penjajah itu menurutnya sangat melanggar larangan agresi wilayah yang diamanatkan Mahkamah Internasional.
Wilayah Gaza Utara telah dikepung dan dibombardir Penjajah sejak dua bulan lalu. Pemboman Penjajah sejauh ini telah menyebabkan ratusan syahid dan menambah panjang daftar lebih dari 43 ribu warga Palestina yang telah dibunuh di Gaza setahun belakangan.
Tak hanya itu, Penjajah juga menutup total akses bantuan kemanusiaan, makanan, obat-obatan, bahan bakar, dan air bersih. Hal ini membuat sekitar 70 ribu warga yang bertahan di utara terancam meninggal karena kelaparan.
Surat kabar Negeri Penjajah, Haaretz pada Ahad menerbitkan editorial yang menuduh Perdana Menteri Benj4min N3tanyahu dan IDF “melakukan operasi pembersihan etnis” di Gaza utara. Artikel tersebut mengutip koresponden militer surat kabar tersebut setelah mengunjungi wilayah tersebut bersama pasukan IDF pekan lalu menyimpulkan bahwa wilayah tersebut tampak seperti dilanda “bencana alam”. Editorial tersebut menekankan bahwa kehancuran tersebut adalah “tindakan penghancuran manusia yang direncanakan.”
Dilaporkan bahwa seorang perwira senior, yang diidentifikasi oleh Guardian sebagai Brigadir Jenderal Itzik Cohen, komandan Divisi 162, mengatakan kepada wartawan, “Tugas saya adalah menciptakan ruang yang kosong... Kami memindahkan penduduk untuk perlindungannya, dalam rangka untuk menciptakan kebebasan bertindak bagi pasukan kita.”
Ketika ditanya apakah militer melaksanakan 'Rencana Jenderal' yang mencakup pembersihan etnis di wilayah tersebut dan membunuh warga Palestina yang masih tersisa, perwira tersebut menyangkal mengetahui hal tersebut, dan bersikeras bahwa tentara bertindak berdasarkan instruksi (militer Isr4el) Komando Selatan dan kepala staf.
Dia menambahkan bahwa divisinya telah mengarahkan bantuan kemanusiaan dari zona yang dibersihkan di Gaza utara menuju selatan. Pasukan Penjajah telah melarang masuknya makanan, air, dan obat-obatan ke Gaza utara sejak mereka melancarkan serangan besar baru di wilayah tersebut – termasuk di Jabalia, Beit Lahia, dan Beit Hanoun – pada awal Oktober.
Komite Peninjau Kelaparan (FRC) yang independen memperingatkan pada hari Sabtu bahwa ada kemungkinan besar kelaparan akan segera terjadi di wilayah di Gaza utara. Ketua UNRWA Philippe Lazzarini menuduh Negara Penjajah mempersenjatai kelaparan terhadap penduduk Gaza dan menegaskan bahwa kelaparan yang terjadi adalah buatan manusia.
Sedangkan Haaretz menyalahkan N3tany4hu.“Penting untuk menyebutkan namanya,” tulis Haaretz. Mereka menyoroti bahwa pengusiran paksa penduduk Gaza Utara dilakukan di bawah arahan komandannya yang tunduk pada arahan kepemimpinan politik Perdana Menteri Benjam1n Net4nyahu dan menteri pertahanannya. “Ketimbang menyebutnya ‘Rencana Jenderal’, kita seharusnya penyebutnya ‘Perintah Net4nyahu’,” tulis editorial tersebut.
Apa itu Rencana Jenderal?
Pembersihan etnis oleh Negara Penjajah di Jalur Gaza kerap dijuluki “Rencana Jenderal” yang juga dikenal sebagai Rencana Eiland. Sederhananya, usulan sekelompok tentara cadangan senior ini melibatkan pembersihan etnis di Jalur Gaza bagian utara dan kemudian mengepung wilayah tersebut, termasuk menghentikan masuknya pasokan kemanusiaan untuk membuat kelaparan semua orang yang tersisa, termasuk para pejuang Palestina.
Merujuk Middle East Eye, rencana tersebut dipublikasikan pada akhir September 2024 oleh Forum Komandan dan Prajurit Cadangan, sebuah LSM Isr4hell yang mendefinisikan dirinya sebagai badan profesional dengan lebih dari 1.500 perwira militer.
Tokoh sentral di balik rencana tersebut adalah Giora Eiland, pensiunan jenderal cadangan yang merupakan kepala divisi operasi dan perencanaan angkatan darat dan kemudian mengepalai Dewan Keamanan Nasional.
Eiland, yang terlibat dalam perang Arab-Isr4hell tahun 1973, invasi ke Lebanon pada tahun 1982, dan Operasi Entebbe pada tahun 1976, dianggap berhaluan kiri-tengah di Negara Penjajah. Pada tahun 2023, misalnya, ia mendukung tentara cadangan yang menolak melapor selama krisis reformasi peradilan Negara Penjajah. Selama perang saat ini, ia beberapa kali menjadi berita utama karena menyerukan tentara untuk mengambil tindakan yang merupakan kejahatan perang.
Dalam sebuah wawancara pada 29 Oktober 2023, hanya beberapa minggu setelah perang, Eiland mengatakan bahwa Negara Penajajah perlu memberikan tekanan yang lebih kuat. “Fakta bahwa kita putus asa dalam menghadapi bantuan kemanusiaan ke Gaza adalah kesalahan serius… Gaza harus dihancurkan sepenuhnya: Kekacauan yang mengerikan, krisis kemanusiaan yang parah, tangisan-tangisan ke surga…,” ucapnya.
Dan pada bulan Desember, ia menyarankan bahwa jika Hamas tidak bersedia membahas sandra dari Bangsa Penjajah. Maka, bantuan kemanusiaan harus dihentikan dengan harapan pada akhirnya dapat menggulingkan kepemimpinan Hamas.
“Seluruh Gaza akan kelaparan,” ujarnya.
Eiland beralasan, “Dan ketika Gaza kelaparan, maka ratusan ribu warga Palestina akan marah dan kesal. Dan orang-orang yang kelaparan, merekalah yang akan melakukan kudeta terhadap [Yahya] Sinwar, dan itulah satu-satunya hal yang mengganggunya."
Inti dari rencana tersebut adalah menghentikan bantuan kemanusiaan mencapai Gaza utara dan menggunakan kelaparan sebagai penekan. Tahap pertama adalah evakuasi penduduk dari Jalur Gaza utara. Hal ini telah menjadi bagian dari pemikiran militer Penjajah, bahkan sebelum Rencana Jenderal. Pada November 2023, tentara mengumumkan bahwa 95 persen penduduk Gaza utara telah pindah ke Wilayah Selatan dan diperkirakan tidak akan kembali.
Namun, diperkirakan 400.000 warga Palestina masih berada di Jalur Gaza utara. Kebanyakan dari mereka berlindung di daerah yang diperintahkan militer untuk mereka tinggalkan dan menuju ke zona kemanusiaan al-Mawasi yang penuh sesak di wilayah Selatan. Beberapa pengungsi telah direlokasi lebih dari 10 kali.
Bergerak ke selatan, warga Palestina akan melintasi Koridor Netzarim, zona militer buatan Penjajah yang membentang dari timur ke barat dan membelah Jalur Gaza menjadi dua. Pada Februari, Channel 14 News melaporkan bahwa jalan berbenteng sedang dibangun di dalam koridor tersebut menyelesaikan pengepungan Jalur Gaza bagian utara dan membuat lebih mudah untuk mengusir warga sipil dari wilayah tersebut.
Shimon Orkabi, komandan Batalyon 601 Korps Teknik, yang bertanggung jawab untuk pengaspalan jalan mengatakan kepada situs web tersebut bahwa salah satu tujuannya adalah untuk mencegah jalur dari Selatan ke Utara dan mengendalikannya dengan sangat tepat.
Setelah warga Palestina diusir dari Gaza Utara (yang menurut rencana akan memakan waktu seminggu), tahap kedua dapat dilanjutkan, yakni transformasi Gaza utara menjadi zona militer tertutup.
Menurut rencana tersebut, wilayah tersebut akan dikenakan blokade penuh dan ketat, termasuk mencegah pergerakan ke dan dari wilayah tersebut serta mencegah masuknya pasokan, termasuk makanan, bahan bakar, dan air.
Siapa pun yang tersisa akan diperlakukan sebagai kombatan. Dalam video yang menyiarkan rencana tersebut di YouTube menyatakan bahwa anggota Hamas yang masih tersisa dapat memilih untuk “menyerah atau mati kelaparan”. Setelah itu, akan mungkin untuk Penjajah memasuki dan membersihkan wilayah Kota Gaza dengan hampir tanpa musuh.
Yuk, kobarkan terus semangat bantu Palestina dengan donasi di link ini: Donasi Bantu Palestina
bagi yang hendak menunaikan zakat, bisa melalui link ini: Link Bayar Zakat
Baca Juga:
Agresi Brutal ke Gaza Sudah Berlangsung Setahun, Apa yang Masih Bisa Kita Lakukan?
LAZ PERSIS akan Ambil Bagian Lagi dalam Aksi Kolaborasi Internasional Distribusi Bantuan ke Gaza
Fakta-Fakta Mengerikan Terbaru tentang Kebrutalan Penjajah Palestina
Penulis: Hafidz Fuad Halimi
Tags:
lazpersis
palestine
save palestine
gaza
freedom