عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ) رواه مسلم
Hadis dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: "Cukup seseorang disebut dusta, jika ia menceritakan segala apa yang ia dengar". (H.R. Muslim)
Hadis di atas pada Shahih Muslim diletakkan dalam judul Bab "Larangan Membicarakan Semua yang Didengar."
Kenapa dengan menceritakan setiap yang didengar bisa dikatakan dusta? Karena tidak setiap yang kita dengar itu benar, bisa jadi ia salah atau bohong.
Kemudian, biasanya ketika menceritakan kembali yang didengar suka ditambah-tambah sehingga berita yang asalnya satu jengkal bisa menjadi satu hasta, bahkan lebih ketika sudah diceritakan kembali oleh beberapa orang.
Inilah nasihat Nabi saw. kepada kita agar lebih dapat mengontrol diri, terutama dalam mengendalikan lisan kita untuk tidak “ateul” atau “gatal” untuk menceritakan setiap yang kita dengar, tetapi lebih bisa menyaring setiap berita yang masuk kepada kita. Sebab, dusta adalah sumber dari segala malapetaka. Bisa jadi suatu masalah besar sebabnya adalah karena kebohongan yang kita sepelekan.
Dalam konteks zaman media sosial seperti saat ini, mungkin bisa kita pahami untuk tidak terburu men-share berita yang kita terima sebelum yakin kebenarannya dan kemanfaatannya kalau dibagikan kembali. Kata orang-orang zaman now mah, “Disaring sebelum disharing”.
Bulan Ramadan adalah bulan latihan untuk lebih mengendalikan lisan dan perbuatan dari setiap yang bisa mencelakakan, di antaranya dusta.
Semoga kita terlindungi!
Yuk, sempurnakan ibadah harian di bulan Ramadan dengan sedekah langsung di link ini: Link Sedekah Ramadan
Segera konsultasikan dan tunaikan zakat melalui link ini: Link Bayar Zakat
Baca Juga:
Seberapa Rindu Kita dengan Bulan Suci Ramadan?
Renungan Ramadan: Ciri-Ciri Obrolan Ghibah
Renungan Ramadan: Tiga Musuh Manusia
Penulis: Dr. H. Haris Muslim, Lc., M.A.
Tags:
ramadhan
lazpersis
ibadah
artikel islam