"..dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji[87] Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku"[88]. Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim". (QS. Al Baqarah: 124)
[87] Ujian terhadap Nabi Ibrahim a.s. diantaranya: membangun Ka'bah, membersihkan ka'bah dari kemusyrikan, mengorbankan anaknya Ismail, menghadapi raja Namrudz dan lain-lain.
[88] Allah telah mengabulkan doa Nabi Ibrahim a.s., karena banyak di antara Rasul-rasul itu adalah keturunan Nabi Ibrahim a.s.
yang dimaksud بكلمات (dengan kalimat-kalimat) pada ayat di atas adalah بشرائع وأوامرونواه (dengan sejumlah syariat, perintah dan larangan), seperti: berdebat dengan raja tentang rabb, dibakar, isterinya dirampas, meninggalkan keluarga, menyembelih anak dan lain-lain. Sementara yang dimaksud dengan ujian yang berupa syariat tersebut, ulama tidak ada kesepakatan dalam menyebutkan jumlah banyaknyaujian itu, dan kesimpulannya menunjukan boleh (menyebut) sejumlah yang diterangkan sebelumnya, dan boleh juga hanya sebagianya. Namun tidak boleh memastikan kecuali berdasar hadits atau ijma. (lihat Ibnu Katsir I: 227-230).
Diantara ujian yang diberikan oleh Alloh kepada Nabi Ibrahim adalah kisah “pencarian” Tuhannya. Seperti disebutkan pada ayat-ayat berikut :
"..dan Demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (kami memperlihatkannya) agar Dia Termasuk orang yang yakin. ketika malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang (lalu) Dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam." kemudian tatkala Dia melihat bulan terbit Dia berkata: "Inilah Tuhanku". tetapi setelah bulan itu terbenam, Dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaKu, pastilah aku Termasuk orang yang sesat." kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, Dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, Dia berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah Termasuk orang-orang yang mempersekutukan tuhan." (QS. Al An’am: 75-79).
Para mufasir berbeda pandangan dalam memaknai ayat-ayat di atas, ada yang memaknai bahwa Nabi Ibrahim dalam hal ini نظر (melihat, memandang, memikirkan) benda-benda langit di atas yang disebutnya sebagai Rabb yang kemudian berubah, bahwa Rabb itu yang menciptakan benda-benda tersebut. Dimaknai benar-benar mencari Tuhan ketika keluar (disaat masih kecil berada dalam goa). Dan ada yang memaknai مناظرة (debat, diskusi atau beertukar pikiran), yaitu menjelaskan kepada kaumnya Tuhan yang sebenarnya, melalui sejumlah makhluk yang tak pantas dipertuhan. Seperti diskusi, perdebatan dan tukar fikiran yang dilakukannya dengan bapanya, rajanya dan kaumnya karena memang Nabi Ibrahim dianugerahi kecerdasan yang luar biasa.
Dan pendapat inilah yang tepat dan logis sehubungan banyak dalil yang menunjukkan pada kebenaran makna kedua ini. Antara lain surat al anbiya: 51-52, surat an nahl: 120-123, surat al an’am: 161 yang kesemuanya menegaskan bahwa Nabi Ibrahim merupakan Nabi yang salih dan tidak pernah /termasuk yang musyrik juga hadits Nabi Muhammad saw riwayat Bukhari dan Muslim yang menegaskan bahwa “setiap yang dilahirkan berada dalam fitrah”. Apalagi beliau sebagai calon Nabi. (lihat tafsir Ibnu Katsir II: 204-205 dan al Munir IV: 276-279).
Namun kisah yang tersebar dan banyak diyakini oleh masyarakat, adalah kisah yang pertama yaitu ketika keluar dari goa dan mencari Alloh yang tidak tepat itu, bahkan dari kisah ini ada yang menjadikan hujah, bahwa ibadah dalam Islam merupakan budaya seperti yang pernah didiskusikan pada tahun 1979 di Fakultas Sastra UNPAD.
Simpulan
1. Nabi Ibrahim tidak pernah Musyrik/meyakini/mengimani tuhan selain Alloh
2. Ibadah mahdlah dalam agama Islam bukan kebudayaan
3. Yang benar ketika memaknai kisah Nabi Ibrahim di atas adalah dalam pengertian munazharah
4. Dalam menyampaikan keterangan dan penjelasan diperlukan kecerdasan dan dalil yang pasti sebagai landasan yang kuat.
Yu Qurban di Pelosok Nusantara dan di Palestina
Link Daftar Qurban: Daftar Qurban 2024
Untuk berkontribusi di program Sedekah Qurban, bisa ditunaikan di sini: Link Sedekah Qurban
Baca Juga:
Program Qurban Super Barokah (QSB): Menjaga Amanat Syariat dan Melipatgandakan Nilai Manfaat
Panduan Ringkas tentang Fikih Qurban
Penulis: KH. Drs. U. Jalaluddin
Tags:
qurban
ibadahhaji
iduladha
Nabi Ibrahim