Sesungguhnya akan ada kesusahan dalam meninggalkan adat dan kebiasaan (buruk), bagi yang meninggalkannya bukan karena Allah Swt. Adapun jika meninggalkannya betul-betul karena Allah Swt. dari hatinya yang paling dalam, maka tidak akan mendapatkan kesulitan kecuali pada awalnya saja, sebagai ujian apakah benar-benar meninggalkannya karena Allah atau tidak. Kalau sabar sedikit menghadapi kesulitan tersebut, pasti akan mendapatkan kelezatannya.
Ibnu Sirin berkata, “Aku mendengar Syuraih bersumpah demi Allah, bahwa tidak ada seorang hamba yang meninggalkan sesuatu karena Allah kecuali ia akan medapatkan apa yang hilang darinya, barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah pasti Allah ganti dengan yang lebih baik”.
Cara yang paling baik untuk lebih dekat dengan Allah adalah dengan menjaga sunnah, melaksakannya, baik ketika terlihat (dzahir) ataupun ketika tidak terlihat (bathin), senantiasa merasa butuh kepada Allah, dan hanya mengharap ridha-Nya dengan ucapan dan perbuatan. Dan, tidak akan sampai seseorang kepada Allah kecuali dengan menjaga tiga perkara tersebut, dan tidak terputus dari Allah kecuali dengan meninggalkan tiga perkara tersebut, atau salah satunya.
Dasar kebahagiaan seorang hamba itu ada tiga dan masing-masing dari hal itu mempunyai kebalikannya. Barang siapa yang kehilangan dasar-dasar tersebut, maka akan mendapatkan kebalikannya.
Dasar kebahagiaan tersebut, yaitu: 1) Tauhid, kebalikannya syirik; 2) Sunnah, kebalikannya bid’ah; dan 3) Ta’at, kebalikannya maksiat. Dan ketiga perkara ini punya satu kebalikan, yaitu kosongnya hati dari mengharap pada Allah, takut dari Allah, dan dari apa-apa yang ada pada-Nya.
(Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam al-Fawaid, Hlm. 107-108)
Bahagiakan juga sesama melalui sedekah Ramadan melalui link ini: Sedekah Ramadan
Segera konsultasikan dan tunaikan zakat dengan mudah dan cepat melalui link ini: Link Zakat
Baca Juga:
Seberapa Rindu Kita dengan Bulan Suci Ramadan?
Renungan Ramadan: Tak Perlu Menceritakan Semua yang Didengar
Renungan Ramadan: Ciri-Ciri Obrolan Ghibah
Penulis: Dr. H. Haris Muslim, Lc., M.A.
Tags:
ramadhan
lazpersis
ibadah
artikel islam
hamba
bahagia