Ternyata Hal-Hal Ini Tidak Membatalkan Shiyam


Penulis: KH. M. Rahmat Najieb
03 Mar 2025
Bagikan:
By: KH. M. Rahmat Najieb
03 Mar 2025
718 kali dilihat

Bagikan:

Ta'rif (definisi) shaum sudah jelas, bahwa yang membatalkan shiyam adalah makan atau memasukkan makanan dengan sengaja ke dalam mulut, minum, dan berhubungan suami istri di siang hari.

Selain itu, tidak membatalkan shiyam sekali pun berkaitan dengan mulut dan perut. Berikut hal-hal yang tidak membatalkan shiyam, yakni:

  1. Membersihkan hidung ketika berwudu. Sabda Rasulullah saw. kepada sahabat yang meminta nasihat tentang wudu:

أَسْبِغِ الْوُضُوْءَ وَ خَلِّلْ بَيْنَ الْاَصَابِعِ وَ بَالِغْ فِي الْاِسْتِنْشَاقِ إِلاَّ أَنْ تَكُوْنَ صَائِمًا (رواه داود و الترمذي و النسائ)

Sempurnakan wudu, selat-selati di antara jari-jari dan dalam-dalamlah saat menghirup air ke hidung, kecuali engkau dalam keadaan shiyam.” (H.R. Abu Daud, at-Tirmidzi, dan an-Nasa’i)

Bersihkan hidung tetap dilakukan ketika berwudu, tetapi jangan menghirup dalam-dalam.

  1. Menggosok gigi. Seorang sahabat menerangkan:

رَأَيْتُ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ يَسْتَاكُ وَهُوَ صَائِمٌ (رواه أحمد و البخارى)

Aku melihat Rasulullah saw. menggosok gigi padahal ketika itu Beliau sedang shiyam.” (H.R. Ahmad dan Bukhari)

  1. Mencium Istri dan berkumur-kumur. Sahabat Umar bin Khattab suatu hari pernah mencium istrinya karena saking gembiranya, padahal ia sedang shiyam. Kemudian, ia mendatangi Nabi saw. seraya berkata, “ Hari ini saya melakukan kesalahan besar, saya mencium istri padahal saya sedang shiyam.” Sabda Rasulullah saw.:

أَرَأَيْتَ لَوْ تَمَضْمَضْتَ بِمَاءٍ وَ أَنْتَ الصَّائِمُ؟ قُلْتُ: لاَ بَأْسَ بِذَالِكَ. فَقَالَ ﷺ: فِيْمَ؟ (رواه أحمد و أبوداود)

Apa pendapatmu jika enkau berkumur-kumur dengan air padahal engkau sedang shiyam?” Aku menjawab, “Hal itu tidak apa-apa”. Maka Nabi saw. bersabda, “Lalu mengapa?” (H.R. Ahmad dan Abu Daud)

  1. Mencumbu Istri. Aisyah r.a. bercerita:

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ يُبَاشِرُوْنِي وَهُوَ صَائِمٌ وَ كَانَ أَمْلَكَكُمْ لِارْبِهِ (رواه الترمذي)

Rasulullah saw. mencumbuku padahal Beliau sedang shiyam dan Beliau adalah orang yang paling dapat menguasai dirinya.” (H.R. at-Tirmidzi)

Mencium dan mencumbu istri sekali pun tidak membatalkan shiyam, tetapi harus berhati-hati jangan sampai melewati batas. Para ulama fikih berpendapat bahwa hal itu akan mengurangi pahala shiyam.

  1. Muntah, mimpi bersenggama, dan berbekam. Sabda Rasulullah saw.:

لاَ يُفْطِرُ مَنْ قَاءَ وَ لاَ مَنِ احْتَلَمَ وَ لاَ مَنِ احْتَجَمَ (رواه أبو داود)

Tidak batal orang yang muntah, yang mimpi bersenggama, dan berbekam.” (H.R. Abu Daud)

  1. Menyiram air ke kepala. Sahabat lain menerangkan:

فَلَقَدْ رَأَيْتُ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ يَصُبُّ الْمَاءَ عَلَى رَاْسِهِ مِنَ الحَرِّ وَ هُوَ صَائِمٌ (رواه أحمد)

Sesungguhnya aku melihat Rasulullah saw. menungakan air di atas kepalanya karena panas ketiba Beliau shiyam.”  (H.R. Ahmad)

  1. Subuh dalam keadaan junub.

كَانَ النَّبِيُّ ﷺ يُصْبِحُ جُنُبًا مِنْ غَيْرِ حُلُمٍ ثُمَّ يَصُوْمُ (متفق عليه)

Nabi saw. bangun subuh dalam keadaan junub bukan karena mimpi, lantas Beliau shiyam.” (Muttafaqun ‘Alaih)

Rasulullah saw. kesiangan sampai masuk waktu subuh padahal Beliau belum mandi janabat, Beliau meneruskan shiyam-nya.

  1. Lupa. Sabda Rasulullah saw.:

مَنْ نَسِيَ وَ هُوَ صَائِمٌ فَأَكَلَ أَوْ شَرِبَ فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ فَإِنَّمَا أَطْعَمَهُ اللهُ وَ سَقَاهُ. (رواه الجماعه)

Siapa yang lupa padahal ia sedang shiyam lalu ia makan atau minum, hendaklah ia melanjutkan shaumnya. Hanya saja ia telah diberi makan dan minum oleh Allah.” (H.R. al-Jama’ah)

  1. Keliru menentukan waktu shiyam dan saat ifthar. Misalnya karena tidak mempunyai jam dan tidak mendengarkan azan subuh atau waktu maghrib cuaca mendung sehingga makan atau minum bukan pada waktunya. Berkata Asma’ binti Abu Bakar:

أَفْطَرْنَا يَوْمًا مِنْ رَمَضَانَ فِي غَيْمٍ عَلى عَهْدِ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ ثُمَّ طَلَعَتِ الشَّمْشُ (رواه البخاري)

Suatu hari kami masih makan dalam cuaca mendung pada zaman Rasulullah saw., kemudian terbutlah matahari.” (H.R. al-Bukhari)

Pada hadis itu tidak ada keterangan bahwa Beliau mengumumkan harus meng-qadha atau kifarat. Secara umum, hadis ini pun menjadi penjelas dari Q.S. al-Ahzab ayat 5.

وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيْمَآ اَخْطَأْتُمْ بِهٖ وَلٰكِنْ مَّا تَعَمَّدَتْ قُلُوْبُكُمْۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا

Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Para ulama fikih berpendapat bahwa orang yang terpaksa atau dipaksa untuk berbuka, ia bisa meneruskan shiyam-nya dan tidak wajib qadha.


Mau limpahan pahala di Bulan Ramadan? Bisa...

Yuk, tunaikan infak dan sedekah untuk membahagiakan sesama melalui link ini: Infak & Sedekah Ramadan

Bagi yang hendak menunaikan zakat, cukup klik link ini: Link Bayar Zakat


Baca Juga:

Ketentuan Shiyam bagi Muthiq

Seberapa Rindu Kita dengan Bulan Suci Ramadan?

Pendidikan Kesabaran, Perlukah?

 

Penulis: KH. M. Rahmat Najieb
Tags: lazpersis berkah ramadhan ibadah shaum

Berita Lainnya

Mitra LAZ Persatuan Islam
WhatsApp