Siapa yang hendak berkurban di tahun ini? Rasa syukur tentu dipanjatkan kepada Allah Swt. atas limpahan karunia berupa kesempatan berkurban di tahun ini.
Sebagaimana kita ketahui, ibadah kurban merupakan salah satu ibadah yang membutuhkan pengorbanan lebih, terutama pengorbanan harta. Atas dasar itulah, pemahaman kita terhadap ibadah kurban harus mendalam. Betapa ruginya jika ibadah kurban yang kita tunaikan tidak diterima oleh Allah Swt. sebagai upaya taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah Ta’ala.
Yuk, awali dengan menyimak beberapa ayat dalam al-Qur’an yang berkaitan dengan ibadah kurban. Allah Ta’ala berfirman:
لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ
“Daging-daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah. Akan tetapi, yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan di antara kalian. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang muhsin.” (Q.S. al-Hajj, 22: 37)
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ ابْنَيْ اٰدَمَ بِالْحَقِّۘ اِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ اَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْاٰخَرِۗ قَالَ لَاَقْتُلَنَّكَۗ قَالَ اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ
“Bacakanlah olehmu (Nabi Muhammad) kepada mereka berita tentang dua putra Adam dengan sebenarnya. Ketika keduanya mempersembahkan kurban, kemudian diterima dari salah satunya (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Dia (Qabil) berkata, ‘Sungguh, aku pasti akan membunuhmu.’ Dia (Habil) berkata, ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang-orang yang bertakwa.’ (Q.S. al-Maidah, 5: 27)
Keterangan dalam al-Qur’an di atas mengindikasikan bahwa kita harus memerhatikan panduan-panduan yang dicontohkan Rasulullah saw. dalam berkurban. Dalam menjalankan ibadah kurban, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi agar ibadah tersebut diterima oleh Allah Swt. Berikut adalah beberapa syarat yang harus dipenuhi agar ibadah kurban kita diterima, antara lain:
Sebagaimana ibadah lainnya, niat yang ikhlas merupakan syarat utama dalam menjalankan ibadah kurban. Niat haruslah murni semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt dan mengikuti perintah-Nya. Bisa jadi terbesit dalam diri kita motif lain dalam menjalankan kurban. Bersihkan segera hati kita jika terbesit dalam hati rasa bangga karena mampu berkurban sehingga kita disebut-sebut sebagai orang dermawan. Beristighfarlah ketika ada rasa ingin menunjukkan kepada orang lain bahwa hewan kurban kita lebih baik dari pada hewan kurban milik orang lain. Hanya niat karena ingin menjalankan ketaatan, mendapat keridhaan, dan mendekatkan diri kepada Allah saja lah ibadah kurban kita bisa diterima sebagai amal saleh. Perkara lurusnya niat dalam berkurban pun disiratkan dalam surah al-Kautsar, di mana kalimat “lirabbika” didahulukan sebelum kalimat “wanhar”.
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).” (Q.S. al-Kautsar, 108: 2)
Hati-hatilah kita terhadap unsur-unsur sisipan perkara syirik dalam beribadah kurban. Hal tersebut merupakan hal rentan dalam ritual penyembelihan karena terdapat pula berbagai ritual penyembelihan di luar Islam, seperti persembahan terhadap leluhur, tolak bala, tumbal, dan unsur-unsur lain semisalnya. Ingatlah, bahwa kemusyrikan itu adalah kezaliman yang mahabesar. Mana mungkin ibadah kurban diterima jika ada unsur-unsur kemusyrikan di dalamnya.
Rasulullah saw. sudah memberikan tuntunan yang jelas bagi umatnya dalam melaksanakan ibadah kurban. Maka, sudah sepantasnya umat Islam memahami seluk-beluk syariat kurban agar sesuai dengan petunjuk Rasulullah saw. Ingatlah, bahwa segala hal peribadahan yang bertentangan dengan petunjuk Rasulullah saw. akan ditolak. Menyisipkan hal-hal yang tidak didasarkan petunjuk Rasulullah saw. menjadi hal sia-sia dalam menjalankan agama. Itulah yang dinamakan pentingnya beramal dengan ilmu.
Rasulullah saw. menuntun kita untuk berkurban dengan hewan terbaik yang mampu kita peroleh. Bahkan, Rasul pun dalam banyak kesempatan menjabarkan kriteria hewan yang akan dikurbankan, seperti sehat jasmani, tidak cacat fisik yang mengganggu, dan disukai oleh pemiliknya. Tak bisa dipungkiri, bisa jadi mengemuka hawa nafsu kita yang membisiki untuk memilih hewan kurban yang dianggap murah karena rasa enggan untuk mengeluarkan anggaran lebih untuk mendapatkan hewan kurban terbaik. Rasa kikir juga dapat menyebabkan tertolaknya ibadah kurban kita. Contohlah kisah Habil dan Qabil (Putra Adam a.s.) dalam mempersembahkan kurban kepada Allah Swt.
Bahkan dalam beberapa keterangan, Rasulullah saw. sampai menjelaskan ciri-ciri fisik hewan kurban secara spesifik yang akan disembelih Rasulullah saw. rasul pun sampai menentukan batas usia tertentu hewan kurban, yakni unta yang berusia lebih dari lima tahun, sapi atau kerbau minimal dua tahun, dan domba minimal satu tahun. Semua itu menunjukkan bahwa apa yang akan kita persembahkan berupa hewan kurban merupakan pengorbanan maksimal diri kita guna meraih keridhaan Allah Swt.
Islam pun memberikan tuntunan dalam proses penyembelihan hewan yang kan dikonsumsi, terutama penyembelihan hewan kurban. Proses penyembelihan hewan kurban harus dilakukan dengan benar sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan dalam syariat Islam. Penyembelihan harus dilakukan oleh seseorang yang berkompeten dan memahami tata cara penyembelihan yang benar, seperti menggunakan pisau yang tajam untuk memastikan penyembelihan yang cepat dan tanpa menyiksa hewan, serta mengucapkan asma Allah saat akan melakukan penyembelihan yang menjadi syarat halalnya sembelihan.
Rasulullah saw. sudah mewanti-wanti untuk memperlakukan hewan yang akan disembelih dengan perlakuan yang baik. Hendaknya hewan yang akan disembelih diberi makan, minum, tempat yang bersih, serta hindari perlakuan kasar dan aniaya terhadap hewan yang akan disembelih tersebut. Pada saat penyembelihan pun, Rasulullah mengingatkan untuk menjaga ketenangan hewan kurban, salah satunya dengan sebisa mungkin memberikan jarak dan penghalang antara tempat penyembelihan dengan tempat di mana hewan-hewan ditempatkan sebelum disembelih. Semua itu menjadi bukti betapa Islam menjunjung tinggi akhlak mulia, bahkan terhadap hewan sekali pun.
Ibadah kurban merupakan ibadah yang mengandung dimensi sosial dalam pelaksanaannya. Ibadah kurban harus mengandung nilai syiar dan kebermanfaatan di tengahtengah umat. Setelah proses penyembelihan selesai, Rasulullah saw. menekankan bahwa daging kurban harus dibagikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya, seperti fakir miskin, kaum dhuafa, keluarga, dan kerabat. Hindarilah keinginan untuk mendapatkan jatah daging berlebih dari hewan yang kita kurbankan karena itu menjadi gejala dari munculnya sifat serakah dalam diri kita. Boleh daging kurban dimakan oleh orang yang berkurbannya, namun dengan batasan-batasan etika yang sudah dijelaskan rasulullah saw. dalam hadis-hadisnya. Ingatlah, bukankan hadirnya sifat buruk bisa menyebabkan suatu amalan tertolak?
Dengan memperhatikan syarat-syarat tersebut, umat Islam diharapkan dapat menjalankan ibadah kurban sesuai dengan petunjuk Rasulullah saw. sehingga ibadah tersebut diterima oleh Allah Swt. dan dijadikannya kita semua hamba-hamba yang bertakwa.
Mau ibadah kurban berlipat manfaat? Yuk, bergabung bersama LAZ PERSIS dengan cara klik link di bawah ini:
atau mau berpartisipasi dalam Program Sedekah Qurban? Silahkan klik link di bawah ini:
Bagi yang hendak menunaikan kewajiban zakatnya, bisa ditunaikan di sini:
Baca Juga:
Tuntunan Rasulullah tentang Adab terhadap Hewan Kurban
Tuntunan dan Etika Rasulullah saw. dalam Membagikan Daging Kurban
Program Qurban Super Barokah (QSB): Menjaga Amanat Syariat dan Melipatgandakan Nilai Manfaat
Penulis: Hafidz Fuad Halimi
Tags:
lazpersis
qurban
iduladha
kurban
daging qurban